Sedekah Salah Sasaran?

Ternyata sedekah itu tidak mengenal salah sasaran meskipun diberikan kepada pencuri, orang kaya dan pelacur. Setiap sedekah yang diniatkan karena Allah pasti akan sampai kepada kebaikan.

Di riwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa ada seseorang yang bersedekah dan ingin mendapatkan pahala Sedekah secara sembunyi – sembunyi , tidak di ketahui orang lain. Ia pun mengumpulkan uang, lalu malam – malam ia menutup wajahnya dengan kain agar tidak kelihatan dan pergi keluar mencari orang yang berhak.

Di pinggiran jalan, ia melihat ada seorang yang termenung di malam hari, diam saja, duduk saja, tidak bicara, tidak melakukan apa-apa. “Ini pasti orang yang tidak mampu, tengah malam begini masih belum tidur, masih duduk di sini”  pikirnya.  Maka di lemparkannya uang itu pada orang itu dan ia pun pergi melarikan diri supaya orangnya tidak tahu dia yang memberi.

Esok harinya kampungnya gempar karena seorang pencuri dapat harta di beri orang yang tidak di kenal. Laki-laki itu berkata, "Wahai Allah Bagi Mu segala puji, aku mau sedekah sembunyi – sembunyi, ternyata yang ku beri pencuri, Pencuri sedang menunggu kesempatan untuk mencuri, menanti waktu untuk mencuri, di kira dia seorang miskin, padahal ia pencuri, tapi aku tidak akan berhenti, aku akan lanjut lagi”

Ia pun mengumpulkan uang lagi, sudah terkumpul ia keluar lagi di malam hari. Lantas ia melihat seorang tua renta, yang berjalan tertatih – tatih dengan tongkatnya, pelan – pelan jalannya tidak ada yang menemaninya, tidak ada yang mendampinginya, “Ini pasti orang susah” pikirnya. Dia lalu melemparkan uang itu dalam sebuah kantong kepada orang tua itu dan dia pun lari pergi.

Keesokan harinya kembali kampungnya gempar karena orang terkaya di kampung itu namun yang paling kikir dapat sedekah sembunyi – sembunyi semalam. Maka ia pun berkata, "Wahai Allah Bagi Mu segala puji, aku jadi memberi orang yang paling kaya, yang paling kikir, tidak berguna sedekahku, yang pertama di berikan pada pencuri yang ke dua ternyata salah beri juga, di berikan kepada orang yang kaya dan paling kikir."

Akhirnya dia memutuskan untuk memberikan sedekahnya kepada wanita saja. Dan ketika melihat seorang wanita yang sedang duduk, diberikan padanya harta itu dan keesokan harinya, gempar lagi kampung itu, seorang pelacur mendapatkan sedekah yang sembunyi – sembunyi.

Maka dia katakan “Yaa Rabb cukup 3 kali.  Wahai Allah sudah cukup ini, pencuri yang kuberi, yang kedua orang kaya paling kikir yang ketiga pelacur, sudah aku tidak mau bersedekah lagi."

Tapi Allah membukakan kemuliaan dari uang halal yang ia berikan itu jauh lebih dari pada maksud yang dia kehendaki, ia inginkan beri kepada orang miskin tapi Allah sampaikan uang Nya pada pencuri,orang kaya pelit dan pelacur.

Pencuri biasa makan uang haram apakah ia terus mencuri? Malam itu pencuri itu dapat uang halal dari orang yang  sedekah sembunyi–sembunyi. Harta yang haram itu mempengaruhi tubuh kita untuk cenderung berbuat maksiat kepada Allah. Harta yang halal juga mempengaruhi untuk cenderung senantiasa berbuat baik dan beribadah.

Syahdan akhirnya sang pencuri itu ketika mendapat harta dari sedekah tersembunyi tersebut lantas dia berucap penuh syukur, “Subhanallah, aku selama ini terus menerus mencuri. Sekarang Allah berkenan memberiku rejeki yang halal bagiku, maka aku bertaubat kepada-Mu yaa Allah."

Tak lama setelah bertaubat, sekian tahun kemudian wafatlah orang tersebut sebagai seorang wali Allah yang punya pengikut banyak. Ketika si penyedekah itu sedang nyelawat kepadanya, maka tahulah ia bahwa wali yang meninggal tersebut adalah pencuri di desanya yang pernah disedekahinya dahulu. 

Untuk meyakinkannya, bertanyalah dia kepada salah seorang yang dekat dengan sang wali itu, "Siapakah dia?" maka dijawablah oleh santrinya, "Beliau dahulunya adalah seorang pencuri. Suatu ketika beliau mendapat sedekah secara sembunyi-sembunyi. Akhirnya sedekah itu membuatnya bertaubat sehingga mendapat dearajat kewalian disisi Allah SWT."

Sedangkan untuk sang pelacur, tidak ada jawaban, sudah hampir 30 tahun, lalu ia mendengar dua orang ulama, adik kakak, dua – duanya ulama yang Shaleh, dua – duanya pemuda, maka ia berkata  “aduh aku ingin kenal dengan dua pemuda ini” sulit di jumpai, di ikuti muridnya, untuk berjumpa sulit, hebat sekali ini adik kakak ini, dua – duanya ulama, dua – duanya Shaleh, dua – duanya berhasil dan sukses, maka ia Tanya  “ini asal muasalnya anak ini ulama ini dari mana ? dua pemuda ini” “ini dulu ibunya pelacur tapi gara – gara di beri sedekah oleh seorang yang sedekah sembunyi – sembunyi, Taubat lantas kemudian dia pakai uang itu untuk menyekolahkan dua anaknya ini untuk menjadi ulama, sampai menjadi ulama besar”

Maka orang ini sujud kepada Allah, Rabbi Kau tidak kecewakan hamba – hamba Mu, demikian kasih sayang Ilahi subhanahu wata’ala, ribuan orang yang bertaubat dari kedua anak itu mendapatkan pahalanya kepada si pemberi yang pertama, walaupun awalnya terlihat buruk namun akhirnya Allah buat sedemikian indah.

Dikutip dari ceramah Habibana Munzir Almusawwa(majelisrasulullah.org)

Readmore → Sedekah Salah Sasaran?

Keutamaan Puasa dan Rahasianya

Puasa merupakan tempat pembinaan bagi setiap muslim untuk membina dirinya, di mana masing-masing mengerjakan amalan yang dapat memperbaiki jiwa, meninggikan derajat, memotivasi untuk mendapatkan hal-hal yang terpuji dan menjauhkan diri dari hal-hal yang merusak. Juga memperkuat kemauan, meluruskan kehendak, memperbaiki fisik, menyembuhkan penyakit, serta mendekatkan seorang hamba kepada Rabb-nya. Dengannya pula berbagai macam dosa dan kesalahan akan diampuni, berbagai kebaikan akan semakin bertambah, dan kedudukan pun akan semakin tinggi.
Allah Ta’ala telah mewajibkan bagi kaum muslimin untuk menjalankan puasa sepanjang bulan Ramadhan, bulan tersebut merupakan sayyidusy syuhuur (penghulu bulan-bulan lainnya), padanya dimulai penurunan al-Qur-an. Bulan Ramadhan adalah bulan ketaatan, pendekatan diri, kebajikan, kebaikan, sekaligus sebagai bulan pengampunan, rahmat dan keridhaan. Padanya pula tedapat Lailatul Qadar yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Mengenai keutamaan bulan ini dan puasa pada bulan ini telah disebutkan dalam banyak hadits, dan yang dapat kami sebutkan di antaranya:
1. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“اَلصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ (مَرَّتَيْنِ)، وَالَّذِيْ نَفْسِي بِيَدِهِ، لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ، يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي، اَلصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا.”
Puasa itu adalah perisai. Oleh karena itu, jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah dia berkata-kata kotor dan tidak juga berlaku bodoh. Jika ada orang yang memerangi atau mencacinya, maka hendaklah dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’ (sebanyak dua kali). Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah Ta’ala daripada aroma minyak kesturi, di mana dia meninggalkan makanan, minuman, dan nafsu syahwatnya karena Aku (Allah). Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan pahala karenanya dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” [1]
2. Hadits yang diriwayatkan oleh Hudzaifah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلاَةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ.”
“Kesalahan seseorang terhadap keluarga, harta dan tetangganya akan dihapuskan oleh shalat, puasa dan shadaqah.” [2]
3. Hadits yang diriwayatkan dari Sahl Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَاباً يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُوْنَ؟ فَيَقُوْمُوْنَ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، فَإِذَا دَخَلُوْا أُغْلِقُ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ.”
‘Sesungguhnya di Surga itu terdapat satu pintu yang diberi nama ar-Rayyan. Dari pintu itu orang-orang yang berpuasa akan masuk pada hari Kiamat kelak. Tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu itu selain mereka. Ditanyakan, ‘Mana orang-orang yang berpuasa?’ Lalu mereka pun berdiri. Tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu itu selain mereka. Jika mereka sudah masuk, maka pintu itu akan ditutup sehingga tidak ada lagi seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut.’” [3]
4. Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“إِذَا جَاءَ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ.”
‘Jika Ramadhan tiba, maka pintu-pintu Surga dibuka.’” [4]
5. Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِيْنُ.”
‘Jika bulan Ramadhan telah masuk, maka pintu-pintu langit akan dibuka dan pintu-pintu Jahannam akan ditutup dan syaitan-syaitan pun dibelenggu.’”[5]
6. Hadits yang juga diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.”
‘Barangsiapa bangun pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan diberikan ampunan kepadanya atas dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala maka akan diberikan ampunan kepadanya atas dosanya yang telah lalu.’” [6]
BEBERAPA RAHASIA PUASA
Puasa merupakan sarana paling tangguh untuk membantu memerangi hawa nafsu serta menekan nafsu syahwat sekaligus sebagai sarana pensucian jiwa dan pemberhentiannya pada batas-batas Allah Ta’ala, di mana dia akan menahan lisannya dari berbicara sia-sia, mencela, serta menyerang kehormatan orang lain, berusaha menyebar ghibah (menceritakan kejelekan atau aib orang) dan namimah (mengadu domba) ke tengah-tengah mereka, puasa juga dapat menundukkan tipu daya, pengkhianatan, kecurangan, muslihat, serta mencegah upaya melakukan perbuatan keji, memakan riba, menyuap dan memakan harta manusia dengan cara yang bathil serta berbagai macam penipuan. Selain itu, puasa juga mendorong seorang muslim untuk sesegera mungkin mengerjakan perbuatan baik, baik itu shalat maupun zakat dengan cara yang benar serta menyalurkan kepada pihak-pihak yang telah ditentukan oleh syari’at. Dia juga akan berusaha mengeluarkan shadaqah serta melakukan hal-hal yang bermanfaat, berkeinginan keras untuk memperoleh rizki yang halal dan menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan keji.[7]
Dengan demikian, di dalam puasa itu terkandung banyak keutamaan yang sangat agung. Selain itu juga memiliki berbagai rahasia besar yang sebagian di antaranya telah diketahui oleh banyak orang, sedang sebagian lainnya tidak diketahui.
Dan di antara rahasia dan manfaat puasa yang paling tampak jelas adalah sebagai berikut:
PUASA MERUPAKAN METODE YANG MANTAP UNTUK MELAKUKAN PERUBAHAN
Di antara manfaat puasa yang agung adalah sebagai sarana menyiapkan seorang muslim dengan kekuatan yang menjadikannya mampu untuk melakukan perubahan pada dirinya sendiri. Dia dapat melakukan latihan melalui puasa sehari-hari sehingga dia dapat menahan diri dari setiap hal yang dia sukai dan cintai. Dan kepada penguasa nafsu dan syahwat, dia akan mengatakan, “Tidak.”
Sungguh jawaban yang hebat jika berada dalam keridhaan Allah. Jika seorang muslim mampu mengatakan hal tersebut, berarti dia telah berhasil mewujudkan kehormatan dan kedudukan yang tinggi atas syahwat dan ketamakannya. Sedangkan orang-orang yang tidak berpuasa adalah orang yang tidak pernah mampu mengendalikan gejolak jiwa mereka, bahkan mereka selalu tunduk kepada syahwat dan keinginan mereka. Mereka adalah budak-budak yang hina, bahkan lebih buruk dari budak-budak manusia. Seorang penya’ir telah mengungkapkan:[9]
“Kalau bukan karena kesulitan, niscaya umat manusia ini
secara keseluruhan akan menjadi terhormat,
Kedermawanan semakin langka
dan keberanian berarti perang.”
PUASA SEBAGAI CARA PENGGEMBLENGAN TENTARA
Kehidupan militer dengan segala hal yang diharuskannya, baik itu berupa kekerasan, kekasaran, ketegaran, ketundukan pada perintah, serta kedisiplinan pada arahan-arahan komandan. Dan kita bisa dapatkan perwujudan secara praktis pada puasa.
Yang demikian itu karena puasa merupakan sarana penggemblengan kekuatan fisik yang mengharuskan pelakunya menempuh satu manhaj (metode) tersendiri dalam kehidupannya, di mana tiang penyangganya berupa ketegaran, larangan, dan bersabar atas pahit getirnya rasa lapar dan panasnya rasa haus, kelelahan fisik dalam mengendalikan diri serta menahan hawa nafsu dan mengekang keinginannya, seakan-akan seorang muslim yang berpuasa itu adalah seorang tentara yang siap mendengar dan mentaati serta menjalankan perintah Rabb-nya tanpa penolakan atau pembangkangan.
Jika seorang tentara itu tunduk dan berpegang pada perintah serta menjalankannya di bawah pengawasan komandan, maka orang yang berpuasa (sedang) menjalankan perintah tanpa pengawasan dari seorang pun, kecuali dari Allah Yang Mahahidup lagi Mahaberdiri sendiri, yang tidak akan pernah lengah dan tidur, Mahasuci Allah lagi Mahatinggi.
PUASA MEMPERKUAT KEINGINAN
Puasa dapat memperkuat keinginan, mendorong kemauan, mengajarkan kesabaran, membantu menjernihkan fikiran, menghidupkan pemikiran, dan mengilhami pendapat yang cerdas jika seorang yang berpuasa dapat melangkah ke fase relaks (santai), serta melupakan berbagai rintangan yang muncul akibat waktu luang dan terkadang keputusasaan, dan ketika seseorang memiliki keinginan yang kuat sehingga dia mampu mengatakan kepada pelaku kemunkaran, “Ini munkar.” Dia juga bisa menghadapi segala bentuk hal-hal negatif yang ada di masyarakat. Sehingga dengan demikian, dia telah menjadi seorang anggota masyarakat yang dinamis, yang akan membangun dan tidak merusak, serta melakukan perbaikan dan tidak melakukan peng-hancuran.
Ketika suatu bangsa memiliki keinginan yang kuat dan besar, maka dia tidak akan memperkenankan agresor atau penjajah untuk menginjakkan kaki ke tanahnya atau ikut campur dalam menentukan perjalanan hidupnya. Dengan kekuatan tersebut, ia juga akan mampu meraih kemenangan di medan pertempuran melawan kebodohan, keterbelakangan, melawan nafsu syahwat, serta sanggup menembus segala rintangan pembangunan dan kemajuan.
Syaikh ad-Dausari rahimahullah mengatakan, “Membangun keinginan yang kuat di dalam diri bukanlah suatu hal yang mudah. Berbagai kalangan, baik perkumpulan (organisasi) maupun kalangan militer telah berusaha membangun keinginan yang kuat kepada masyarakat masa kini. Padahal, Islam telah mendahului mereka dalam hal tersebut pada 14 abad yang lalu. Cukup besar kebutuhan seorang muslim, khususnya untuk memiliki keinginan kuat dan kemauan yang keras. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk berjuang melawan sakit akibat rasa lapar dan haus dalam menjalankan puasa.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya bagi seorang muslim yang berpuasa untuk tidak melakukan hal-hal yang merusak kekuatan ini setelah berbuka, mengucilkan atau menghinakannya sehingga pada malam harinya dia akan merusak kuatnya keinginan yang telah dia bangun pada siang harinya.[10]
PUASA MEMBENTUK AKHLAK MULIA
Puasa merupakan tempat penggemblengan diri bagi orang yang menjalankannya untuk membentuk akhlak mulia, akhlak ketakwaan, kebajikan, kebaikan, kepedulian, tolong-menolong, kasih sayang, kecintaan, kesabaran, dan akhlak mulia lainnya yang dibangun oleh puasa pada diri orang yang menjalankannya.
Puasa dapat membentuk muraqabah (rasa selalu berada dalam pengawasan Allah) bagi pelakunya. Bagi dirinya ada satu penjaga umum yang selalu mengawasi dirinya agar tidak ada sesuatu pun yang bersumber dari dirinya yang bertentangan dengan syari’at. Dialah yang membinanya dari dalam sehingga darinya muncul amal-amal lahiriah yang tunduk pada pengawasan ini.
Pernahkah engkau melihat orang yang berpuasa dengan penuh kejujuran dan kesungguhan kepada Rabb-nya melakukan kebohongan kepada orang lain? Pernahkah engkau melihatnya secara tulus ikhlas menjalankan puasanya dan kemudian melakukan kemunafikan di masyarakat? Sesungguhnya keikhlasan itu merupakan satu bagian utuh yang tidak mungkin dipisahpisahkan, di mana puncaknya adalah ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, barangsiapa yang tulus ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka sangat mustahil baginya untuk melakukan penipuan, kecurangan atau berkhianat. Oleh karena itu, puasa merupakan salah satu faktor dasar sekaligus pendalaman akhlak, pembangunan sekaligus pembentukannya untuk mengambil satu sifat amaliyah (perbuatan) yang semuanya berkumpul pada buahnya yang cukup jelas yang telah diingatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kitab-Nya: (لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ)“Agar kalian bertakwa.”
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Puasa memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam menjaga anggota tubuh yang bersifat lahiriah dan juga kekuatan bathin serta melindunginya dari faktor-faktor pencemaran yang merusak. Jika faktor-faktor pencemaran tersebut telah menguasai dirinya, maka ia akan rusak."
Dengan demikian, puasa akan menjaga kejernihan hati dan kesehatan anggota badan sekaligus akan mengembalikan segala sesuatu yang telah berhasil dirampas oleh nafsu syahwat. Puasa merupakan pembantu yang paling besar dalam merealisasikan ketakwaan…”[11]
PUASA MEWUJUDKAN KETENANGAN JIWA
Pergolakan akan berlangsung terus-menerus antara jiwa yang menyuruh berbuat kejahatan dengan jiwa yang menyuruh berbuat kebaikan. Setiap kemaksiatan yang dilakukan oleh seorang muslim adalah akibat dari penguasaan jiwa yang memerintahkan berbuat kejahatan. Sedangkan setiap upaya pendekatan kepada Allah yang dilakukan oleh seorang muslim adalah senjata kuat yang digunakan oleh jiwa yang memerintahkan berbuat kebaikan.
Oleh karena itu, puasa akan membangun kekuasaan jiwa, menguatkan serta meneguhkannya untuk melaksanakan risalahnya dan memfungsikan perannya dalam menjaga kedamaian dan ketenangan dalam diri seseorang. Peranan penting dari kekuasaan jiwa itu adalah pengarahan melalui kecaman dan teguran yang keras setiap kali gangguan jiwa berupaya untuk mengajak kepada kejahatan, memperdayanya atau menjebaknya agar tunduk kepadanya. Demikianlah, berbagai pertempuran bersembunyi di dalam jiwa dan berbagai kekuatan kebaikan akan menang, yang selanjutnya kedamaian dan rasa aman akan menyelimut dalam jiwa, kemudian beralih ke seluruh anggota badan sehingga bagian yang lain pun menikmati rasa aman dan ketenangan. Akhirnya semua kebaikan terealisasi bagi setiap muslim yang menjalankan puasa.
PUASA MERUPAKAN SALAH SATU WUJUD DARI KESATUAN UMAT ISLAM
Puasa merupakan satu penampakan praktis dari berbagai penampakan kesatuan kaum muslimin, kesetaraan antara si kaya dan si miskin, penguasa dan rakyat, orang tua dan anak kecil, serta laki-laki dan perempuan. Mereka berpuasa untuk Rabb mereka, seraya memohon ampunan-Nya dengan menahan diri dari makan pada satu waktu dan berbuka dalam satu waktu juga. Mereka sama-sama mengalami rasa lapar dan berada dalam pelarangan yang sama di siang hari, sebagaimana mereka mempunyai kedudukan yang sama dalam mengibarkan syi’ar-syi’ar lain yang berkenaan dengan puasa.
Dengan demikian, puasa merealisasikan semacam kesatuan tujuan, rasa, nurani, dan tempat kembali di masyarakat yang berpuasa.
Secara keseluruhan, umat Islam berdiri dalam satu barisan pada satu musim tertentu setiap tahun dan dalam beberapa hari tertentu di antara seluruh umat manusia ini. Ia merupakan barisan penghubung antara bangsa-bangsa yang kuat, antara komponen dari umat Islam secara keseluruhan, meskipun tempat tinggal mereka berjauhan dan berada dalam satu ikatan yang ditempatkan di hadapan satu pengalaman, yang memiliki satu pengaruh dan dalam satu penampakan kebersamaan.
Dengan demikian, hati dan perasaan mereka akan menjadi semakin erat dan akrab sehingga menjadi satu hati yang mengarah kepada kehidupan dengan satu pandangan.
Inilah satu teladan yang baik bagi persatuan antara berbagai masyarakat dari umat ini, bahkan sebagai teladan yang ideal bagi setiap kesatuan dalam kehidupan ini. Sebab, ia merupakan kesatuan yang bersumber dari nurani dan menciptakan masa depan serta tempat kembali dan membangkitkan berbagai kemuliaan dari dalam diri yang nampak secara lahiriahnya, sehingga terwujudnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَإِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kalian semua, agama yang satu dan Aku adalah Rabb kalian, maka bertakwalah kepada-Ku.” [al-Mu’minun/23: 52]
Kesatuan yang diwujudkan oleh puasa ini merupakan kesatuan permulaan, karena ia merupakan buah dari ibadah yang sungguh-sungguh.
Kesatuan nurani, karena ia bersumber dari amal perbuatan perasaan yang didasarkan pada perencanaan jiwa kemanusiaan.
Kesatuan tempat kembali, karena ia menggiring umat ini secara keseluruhan kepada satu tempat kembali yang berakhir padanya dan berdiam di sana, yaitu takwa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikannya sebagai buah dari puasa.
Kesatuan rasa, karena ia menyatukan rasa dan perasaan umat pada satu tujuan dan menempatkannya pada satu jalan.
Kesatuan ‘aqidah, karena ia bersumber dari keimanan dan keyakinan dan bertengger di udara takwa dan ibadah.[12]
Dalam penampilannya yang cukup mengesankan, kesatuan ini memberikan gambaran yang benar mengenai kesatuan besar yang menyamaratakan semua anggota umat meskipun terdapat perbedaan jenis, warna kulit, dan kebangsaan. Jika engkau ingin membuktikan hal tersebut, silakan arahkan pandangan-mu pada saat berbuka di negara yang aman, di Baitullah, untuk menyaksikan ratusan ribu orang yang berbuka bersama dalam satu waktu. Pernahkah engkau menyaksikan tampilan kesatuan yang lebih jelas dari ini? Pada hakikatnya, yang buta itu bukanlah pandangan mata, tetapi hati yang ada di dalam dada.
PUASA MEMILIKI PENGARUH BESAR BAGI KESEHATAN SECARA UMUM
Sesungguhnya pada puasa itu terkandung kesehatan yang besar dengan semua maknanya, baik kesehatan badan, perasaan, maupun rohani.
Dengan demikian, puasa dapat memperbaharui kehidupan seseorang dengan diperbaharuinya sel-sel dan dibuangnya sel-sel yang sudah tua dan mati serta diistirahatkannya perut dan organ pencernaan. Puasa juga dapat memberikan perlindungan terhadap tubuh, membersihkan perut dari sisa-sisa makanan yang tidak dapat dicerna dan juga dari kelembaban yang ditinggalkan oleh makanan dan minuman.
Banyak para dokter menyebutkan berbagai manfaat puasa, di antaranya bahwa puasa dapat mempertahankan kelembaban insidentil sekaligus membersihkan pencernaan dari racun yang ditimbulkan oleh makanan yang tidak sehat, dan mengurangi lemak di perut yang sangat berbahaya bagi jantung, yang ia sama seperti pengasingan kuda yang akan dapat menambah kekuatannya untuk bergerak dan lari.
Sedangkan kesehatan rohani yang ditimbulkan oleh puasa adalah berupa bimbingan yang diberikan kepada orang-orang yang berpuasa karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengetahui tujuan dari penciptaan mereka, mempersiapkan mereka untuk mengambil semua sarana takwa yang akan melindunginya dari kehinaan, kerendahan, dan kerugian di dunia dan akhirat. Pada akhirnya hati mereka menjadi selamat dari penyakit syubhat dan penyakit syahwat yang telah menimpa banyak orang.
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz telah mengatakan, “Pada puasa itu terdapat banyak manfaat dan hikmah yang besar, di antaranya adalah pembersihan, penggemblengan dan pensucian jiwa dari akhlak tercela dan sifat-sifat buruk, seperti tamak, rakus dan kikir, untuk kemudian dibiasakan dengan akhlak mulia seperti sabar, santun, dermawan, murah hati, dan pengerahan jiwa untuk mengerjakan segala hal yang diridhai Allah dan dapat mendekatkan diri kepada-Nya.
Manfaat puasa lainnya adalah membuat seorang hamba dapat memahami dirinya sendiri dan juga kebutuhannya, kelemahan dan kebutuhan dirinya akan Rabb-nya, juga mengingatkan diri akan keagungan nikmat Allah yang diberikan kepadanya, dan mengingatkan akan kebutuhan saudara-saudaranya yang hidup miskin, sehingga mengharuskan dirinya untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus memohon pertolongan agar dilimpahkan berbagai kenikmatan untuk selalu mentaati-Nya serta mengasihi saudara-saudaranya yang hidup miskin sekaligus dapat berbuat baik kepada mereka.
Selain itu, manfaat puasa juga dapat membersihkan tubuh dari pencemaran yang buruk dan memberikan kesehatan serta kekuatan. Hal tersebut telah diakui oleh banyak dokter. Bahkan mereka telah banyak mengobati pasien mereka dengan menggunakan puasa ini.” [13]
[Disalin dari buku Meraih Puasa Sempurna, Diterjemahkan dari kitab Ash-Shiyaam, Ahkaam wa Aa-daab, karya Dr. Abdullah bin Muhammad bin Ahmad ath-Thayyar, Penerjemah Abdul Ghoffar EM, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. (Shahiih al-Bukhari (III/22) dan Shahiih Muslim (III/157))
[2]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. (Shahiih al-Bukhari (III/22) dan Shahiih Muslim (III/173))
[3]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. (Shahiih al-Bukhari (III/23) dan Shahiih Muslim (III/157))
[4]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. (Shahiih al-Bukhari (III/23) dan Shahiih Muslim (III/121))
[5]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. (Shahiih al-Bukhari (III/23) dan Shahiih Muslim (III/121))
[6]. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. (Shahiih al-Bukhari (III/23) dan Shahiih Muslim (III/177))
[7]. Ash-Shaum karya Syaikh ‘Abdurrahman ad-Dausari, hal. 16.
[8]. Syaikh Abdurrahman ad-Dausari t secara panjang lebar telah menguraikan manfaat puasa. Demikian pula Ustadz Taufiq Sab’u. Bagi yang berminat, silakan merujuknya. Ash-Shaum (hal. 16) dan hal. 87.
[9]. Yang mengungkapkan sya’ir ini adalah al-Mutanabbi. Lihat Diiwaan Abi Thayyib oleh al-Mutanabbi, dengan syarah Abul Baqa’ al-‘Ukbari (III/287).
[10]. Ash-Shaum, karya Syaikh ad-Dausari, hal. 23.
[11]. Zaadul Ma’aad (I/320).
[12]. Lihat kitab Haakadzaa Nashuum, hal. 161 dan seterusnya.
[13]. Ma’ar Rasuul fii Ramadhaan, ‘Athiyyah Muhammad Salim (kitab ini dibe-rikan muqaddimah oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz, hal. 5).
Readmore → Keutamaan Puasa dan Rahasianya

Bolehnya Mencium Tangan Kiyai

Bermula dari sebuah ceramah yang disampaikan seorang ustadz di radio Roja. Berikut transkripnya :

“Kalo kepala kita sudah diusap Kiyai, seolah ada jaminan kamu pasti surga. Sehingga berebut mereka mencium tangan kiyainya. Dan kiyainyapun seolah-olah memberikan pemahaman kepada muridnya dengan mudahnya tangannya selalu diangkat untuk dicium oleh murid-muridnya. Bahkan kadang-kadang tangannya dibawah agar muridnya ruku’ mencium tangannya itu."

Siapa anda wahai kiyai?

Apakah stempel surga ada di tanganmu? Apakah surga Allah ada pada orang-orang yang menciummu dan mencium kakimu?

Rosul manusia terbaik dipermukaan bumi tak seorangpun yang mencium kaki beliau. Manusia terbaik sepanjang kehidupan sejarah manusia yang ada di permukaan bumi. Mulai dari Nabi Adam sampai hari kiamat tak seorangpun dibiarkan ruku’ di depan beliau.

Siapa anda?

Agama apa yang anda ajarkan kepada manusia? Anda tidak lebih mulia dari abu bakar, Anas bin Malik, Abu Hurairah, Ada tidak lebih mulia dari Jabir bin Abdillah, Abdullah Bin Abbas, Abdullah Bin Umar, Abdullah Bin Mas’ud, Anda tidak lebih mulia dari Abu Said Al Khudri.

Tak seorangpun manusia-manusia mulya yang disebutkan oleh Allah dalam Al Qur’an sebagai Muahajirin dan Anshar yang dilakukan itu (dicium tangannya) oleh umat kepada mereka. Tapi andai Abu Bakar dan Umar, Utsman dan Ali tidak memiliki itu (tidak dicium tangannya). Anda tidak lebih mulia dari Abu Bakar, Anas Bin Malik, Abu Hurairah, Abu Hurairah, siapa anda? Apatah lagi kalo kami tahu ketika umat sedang melaksanakan sholat jum’at anda tidak ada di masjid.

PROLOG

Tulisan diatas adalah cuplikan dari ceramah Ustadz Maududi Abdullah, Lc, salah seorang penceramah di Radio Rodja Cileungsi Bogor, tentang fenomena mencium tangan kiyai. Kiyai memang manusia yang tak luput dari dosa dan anti kritik. Tapi kritik itu ada yang ditujukan untuk membangun, ada juga yang bersifat fitnah yang berimbas pada pecah belahnya ummat.

Tak setiap anggota DPR itu doyan korupsi, tak setiap kiyai yang mau dicium tangannya pun salah. Ada kiyai yang benar-benar mewarisi Para Nabi tapi tak sedikit juga kiyai gadungan yang bermantel jubah putih, berjenggot dan berpeci tapi berhati tidak baik. Jika dirasa profesi kiyai sudah tidak menguntungkan, dia akan berpindah profesi sehingga menjadi “Mantan kiyai”. Kalo mantan preman jadinya bagus, kok ya ada juga mantan kiyai?.

Permasalah sebenarnya bukan pada kritik Kiyainya. Boleh saja orang mengkritik orang lain. Tapi bagaimanakah sebenarnya hukum “Mencium Tangan Kiyai atau Orang Yang Lebih Alim” dalam islam?. Karena mencium tangan orang lain yang lebih mulia itu sudah menjadi tradisi dalam masyarakat Indonesia pada umumnya.

HADITS-HADITS TENTANG MENCIUM TANGAN

Jika kita mau melihat lagi hadits-hadits Nabi secara lebih komprehensif, akan kita temukan kisah-kisah para salaf [yang benar-benar salaf secara zaman dan manhaj] mengenai hal ini. Hadits-hadits shahih tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, hadits shahih riwayat Az Zarra’ dalam Sunan Abi Daud:

عن الزارع العبدي وكان من وفد عبد قيس قال: لما قدمنا المدينة، فجعلنا نتبادر من رواحلنا فنقبل يد النبي صلى الله عليه وسلم ورجله. قال: وانتظر المنذر الأشج حتى أتى عيبته فلبس ثوبيه، ثم أتى النبي صلى الله عليه وسلم فقال له:إن فيك خلتين يحبهما الله الحلم والأناة. قال: يا رسول الله أنا أتخلق بهما أم الله جبلني عليهما؟قال: بل الله جبلك عليهما. قال: الحمد لله الذي جبلني على خلتين يحبهما الله ورسوله.

Artinya: Dari Az Zarra’ al abidiy dia termasuk utusan Abdu Qais berkata: “Ketika kami sampai ke Madinah, kami bergegas turun dari kendaraan kami lalu kami mencium tangan dan kaki Nabi Muhammad ShallaAllah alihi wa sallam.” Al hadits.

Kedua, Hadits shahih riwayat Usamah bin Syuraik

عن أسامة بن شريك قال: قمنا إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقبلنا يده

Artinya: Dari Usamah bin Syuraik berkata, “Kami berdiri kepada Nabi Muhammad lalu kami mencium tangannya”

Ketiga, Hadits shahih dari Jabir

عن جابر أن عمر قام إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقبل يده

Artinya: Dari Jabir bahwa Umar berdiri kepada Nabi lalu mencium tangannya.

Keempat, Hadits Shofyan bin ‘Assal

عن صفوان بن عسال أن يهوديا قال لصاحبه: اذهب بنا إلى هذا النبي صلى الله عليه وسلم .قال: فقبلا يده وقالا: نشهد أنك نبي الله صلى الله عليه وسلم.

Artinya: Bahwa ada seorang Yahudi berkata kepada temannya, Ajaklah kami kepada Nabi ini shallaAllahu alaihi wa sallam. Lalu ia berkata: kedua orang itu lalu mencium tangan Nabi seraya berkata, kami bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah subhanahu wa ta’ala.

Kelima, hadits shahih dari Hud bin Abdullah

عن هود بن عبد الله بن سعد قال:سمعت مزيدة العبدي يقول: وفدنا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: فنزلت إليه فقبلت يده.

Artinya: Dari Hud bin Abdullah bin Saad berkata, Saya mendengar Mazidah al Abidiy berkata, kita mengutus utusan kepada Nabi Muhammad shallaAllahu alaihi wa sallam. Lalu utusan itu dating kepada Nabi dan mencium tangannya.[6]

Dari beberapa hadits diatas kita bisa lihat bahwa para shahabat dahulu juga ada yang mencium tangan Nabi Muhammad shallaAllahu alaihi wa sallam. Lantas apakah khusus kepada Nabi saja?

MENCIUM TANGAN ITU BUKAN KEKHUSUSAN NABI MUHAMMAD SHALLAALLAHU ALAIHI WA SALLAM

Barangkali ketika membaca beberapa riwayat tadi, ada sebagian yang menyangkal, “Oh, itu khusus kepada Nabi!” lantas siapakah kiyai?.

Mari kita baca lagi beberapa riwayat lain.

عن عمار بن أبي عمار أن زيد بن ثابت ركب يوما، فأخذ ابن عباس بركابه فقال: تنح يا ابن عم رسول الله صلى الله عليه وسلم. فقال: هكذا أمرنا أن نفعل بعلمائنا وكبرائنا .فقال زيد أرني يدك، فأخرج يده فقبلها، فقال: هكذا أمرنا أن نفعل بأهل بيت رسولنا صلى الله عليه وسلم

Artinya: Dari Ammar bin Abi Ammar bahwa Zaid bin Tsabit pernah mengendarai hewan tunggangannya, lalu Ibnu ‘Abbaas mengambil tali kekangnya dan menuntunnya. Zaid berkata : “Jangan engkau lakukan wahai anak paman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam”.

Ibnu ‘Abbaas berkata : “Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan (menghormati) ulama kami”. Zaid berkata : “Kemarikanlah tanganmu”. Lalu Ibnu ‘Abbaas mengeluarkan tangannya, kemudian Zaid menciumnya dan berkata : “Beginilah kami diperintahkan untuk memperlakukan (menghormati) ahli bait Nabi kami shallallaahu ‘alaihi wa sallam”

Beginilah para salaf dahulu diajarkan. Saling menghormati sesama muslim adalah kebiasaan para shahabat.

Riwayat lain menyebutkan:

عن ابن جدعان قال سمعت ثابتا –هو البناني-يقول لأنس: مسست رسول الله صلى الله عليه وسلم بيديك؟ قال: نعم. قال: فأعطني يدك. فأعطاه فقبلها.

Artinya: Dari Jad’an berkata, saya mendengar Tsabit Al Bunani berkata kepada Anas, “Apakah engkau pernah menyentuh Rasulullah dengan tanganmu? Anas menjawab, iya. Lalu Tsabit berkata, “Kemarikan tanganmu!”. Maka Anas memberikan tangannya lalu dicium oleh Tsabit.

Riwayat lain menyebutkan:

عن ذكوان أن صهيب مولى العباس قال: رأيت عليا رضي الله عنه يقبل يدي العباس أو رجله ويقول: أي عم ارض عني.
Artinya: Dari Dzakwan diceritakan bahwa Shuhaib maula Abbas berkata, Saya melihat Ali RadhiyaAllahu anhu mencium kedua tangan Abbas atau kakinya dan berkata, Wahai pamanku! Berikanlah keridhaan kepadaku.

PENDAPAT IMAM MADZHAB TENTANG MENCIUM TANGAN

1. Hanafiyyah

Imam At Thahawi dalam Hasyiahnya kepada kitab Maraqil Falah berkata setelah menuturkan dalil bolehnya mencium tangan, “Dapat diketahui dari sekian dalil yang telah saya sebutkan bahwa boleh mencium tangan, kaki, kepala, jidat, bibir dan diantara dua mata. Kesemuanya jika diniatkan untuk menghormati. Tetapi jika dengan syahwat maka itu tidak dibolehkan kecuali jika suami istri.”

Muhammad bin Ali al Hanafi al Hashkafi dalam kitab ad Durr al Mukhtar berkata, “Tidak masalah mencium tangan hakim yang bagus agamanya dan pemimpin yang adil, dikatakan juga hukumnya sunnah mencium kepala orang alim, sebagaimana disebutkan dalam al Bazzazah.”

2. Malikiyyah

Abu al Hasan al Miliky dalam kitab Kifayatu At Thalib mengatakan, “Imam Malik memakruhkan mencium tangan orang lain baik orang itu alim, bapak, tuan atau suami. Karena itu termasuk kebiasaan orang Ajam.

Tetapi Ibnu Batthal berkata bahwa yang dimakruhkan mencium tangan orang yang dzolim dan sombong. Adapun tangan seorang yang shalih dan orang yang diharapkan barakahnya maka itu boleh.”

3. Syafi’iyyah

Imam Nawawi berkata: “Mencium tangan seorang laki-laki dikarenakan kezuhudan, keshalihan, ilmu yang dimiliki, kemuliaannya, penjagaannya, atau yang lainnya dari perkara-perkara agama tidaklah dibenci, bahkan disukai. Namun apabila hal itu dilakukan karena faktor kekayaan, kekuasaan, atau kedudukannya di mata orang-orang, maka hal itu sangat dibenci. Dan berkata Abu Sa’iid Al-Mutawalliy : "Tidak diperbolehkan”

Bahkan Imam Nawawi membuat satu bab khusus dalam kitabnya Riyadhu as Sholihin : Bab disunnahkannya mushofahah/berjabat tangan ketika bertemu, wajah yang riang dan mencium tangan orang yang shalih”.

Al Hafidz Ibnu Hajar telah menjelaskan secara terperinci beserta dalil-dalilnya tentang kebolehan mencium tangan orang lain karena agamanya. Sebagaimana diterangkan dalam kitab beliau Fathul Bariy dan Talkhis al Habir.

4. Hanabilah

Abu Bakar al Maruzi berkata dalam kitabnya], saya bertanya kepada Abu Abdillah tentang mencium tangan. Dia melihat tidak ada masalah jika atas dasar agamanya, tetapi jika atas dasar hartanya maka itu makruh. 

Al Bahuthi al Hanbali berkata pada kitab Kasyfu al Qana’, “Dibolehkan mencium tangan dan kepala karena agamanya dengan tujuan memuliakan. Asal tidak adanya syahwat.” 

Nasiruddin al Albani dan Syeikh Utsaimin pun membolehkan mencium tangan orang yang alim. Syeikh Utsaimin pernah ditanya tentang hukum mencium tangan orang yang alim, beliau menjawab, “Mencium tangan dengan tujuan memuliakan seperti kepada bapak, orang yang sudah tua, guru itu hukumnya boleh kecuali dikhawatirkan akan terjadi bahaya.”

EPILOG

Maksud utama dari tulisan ini bukanlah untuk mendebat atau menyalahkan siapapun. Tetapi lebih kepada ajakan untuk membuka cakrawala berpikir lebih luas lagi dalam melihat fenomena yang terjadi di masyarakat. Lalu menakarnya dengan takaran syariat yang berimbang dan valid.

Pernah suatu ketika ada dosen dari Saudi Arabia di kampus, ditanya tentang hukum mencium tangan orang alim dan orang tua. Beliau menjawab, “saya menganggap itulah adat kebiasaan yang terbaik yang pernah saya lihat di Negri ini [Indonesia].”

Secara hukum asal, mencium tangan orang yang lebih alim adalah mubah bahkan baik. Jika hanya karena takut dan khawatir akan terjadinya fitnah dalam diri kiyai, pastinya yang dilarang bukanlah mencium tangannya. Toh, tidak semua kiyai mau dicium tangannya. Toh juga kita tidak tahu apa yang ada dalam diri kiyai.

Kekhawatiran-kekhawatiran yang sifatnya personal tanpa dalil qath'iy pastinya tidak bisa menjadi dalil pengharaman sesuatu. Khawatir akan terjadinya syirik dengan ziarah makam, tidak bisa dijadikan alasan pengharaman secara muthlak ziarah kubur. Karena hukum asal ziarah kubur adalah sunnah. Sebagaimana kekhawatiran seseorang akan penyalah gunaan facebook tidak bisa dijadikan alasan pengharaman facebook secara muthlaq yang asalnya mubah.

Jika khawatir akan ghuluw/pengagungan berlebih dan menyembah kiyai, orang awam mana yang kehilangan otak warasnya sehingga menyembah kiyai.

Jika adat itu baik dan tidak bertentangan dengan syara’ atau bahkan malah sejalan dengan agama, maka seharusnya kita lestarikan.

Wallahu a'lamu bishshowab.
Dari beberapa sumber.
Readmore → Bolehnya Mencium Tangan Kiyai

Rumusan Penting ...

Yang bikin wanita itu CANTIK adalah huruf C. Kalau tanpa huruf C, jadi ANTIK simpan di museum aja .😜😀😛😄😀😀😀😀

Yang bikin LAKI-LAKI itu gagah adalah huruf L. Kalau tanpa huruf L, pasti sudah AKI-AKI tidak gagah lagi alias peot.😜😀😄😛😀😀😀😀 

Yang bikin BEBEK GORENG itu enak adalah huruf B. Kalau gak ada huruf B  EEK GORENG 😜😀😄😜😛😛😄weleh....

Yang bikin BIDADARI-BIDADARI itu indah, ya DADAnya.  
Kalau gak ada DADAnya, ya...😛😜😄😀😀😄😜😜...BIRI-BIRI 🐑🐑🐑🐑🐑🐑🐑.

Kata bapak-bapak :
"Punya isteri itu beda sama punya Gadget, kalau Gadget, makin lama, makin turun nilainya.
 Kalau isteri makin lama makin naik nilainya, baik nilai timbangannya maupun nilai belanjanya." 😛😛😛😛😛😛👍🏼😛

Kata ibu-ibu :
" Punya suami itu kayak  memelihara mobil. Makin lama makin rewel, boros dan makin sulit  dihidupkannya....😫😛..
Readmore → Rumusan Penting ...

Perbedaan Pasangan Harmonis dan Pasangan Ruwet

Kalau pasangan HARMONIS obrolannya sebagai berikut : 

Suami  : Aku sudah menunggu saat seperti ini sejak lama. Akhirnya kesampaian juga.

Isteri    : Apakah kau rela kalau aku pergi meninggalkanmu?

Suami  : Tentu tidak! Jangan pernah kau berpikiran seperti itu.

Isteri    : Apakah kau benar-benar mencintaiku?

Suami  : Tentu! Selamanya akan tetap begitu.

Isteri    : Apakah kau pernah selingkuh ?

Suami  : Tidak! Aku tak akan pernah melakukan hal buruk itu.

Istri      :  Maukah kau menciumku ?

Suami  : Ya.

Isteri    : Hmmmmm . . .
              Sayangku . . . .

****
Lalu bagaimana dengan PASANGAN YG RUWET...???
Bacalah dari bawah ke atas.......
Readmore → Perbedaan Pasangan Harmonis dan Pasangan Ruwet

Tata Cara Pembacaan Yasin Setelah Sholat Maghrib di Malam Nishfu Sya’ban


1.       Setelah sholat ba’diyah Maghrib, melaksanakan Sholat Sunnah Awwabin (Sholat Taubat) dengan niat sebagai berikut :

اُصَلٌيْ سُنٌةَ الْاَوٌابِيْنَ رَكْعَتَيْنِ لِلٌٰهِ تَعَالٰ

        Aku berniat sholat sunah Awwabin dua rokaat karena Allah

Sedangkan bacaannya tiap rokaat setelah fatihah adalah QS Al Ikhlash 6 X, QS Al Falaq 1 X dan QS An Naas 1 X

2.       Membaca QS Yasin dengan niat memohon dipanjangkan umur untuk selalu taat kepada Allah dan rosul-Nya.

3.       Membaca do’a Nishfu Sya’ban secara bersama-sama. Inilah doanya :

اَللّهُمَّ صَلِ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِمْ , اَللّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلاَ يُمَنُّ عَلَيْكَ , يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ يَاذَا الْطَّوْلِ وَاْلإِ نْعَامِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اَنْتَ ظَهَرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَالْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَ أَ مَانَ الْخَا ئِـفِيْنَ , اَللّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَـنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمًا أَوْ مَطْرُوْ دًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِيْ الرِّزْقِ فَا مْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقَا وَ تِيْ وَحِرْمَانِيْ وطَرْدِيْ وَ إِ قْتَارَ رِزْقِيْ وَ أَشْبِتْـنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْ زُوْ قًا مُوَ فَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِ نَّكَ قُلْتَ وَقَوْ لُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَا بِكَ الْمَنَزَّلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ , يَمْحُوْ اللهُ مَايَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَ هُ أُمُّ الْكِتَابِ , إِ لَهِيْ بِالتَّجَلِّى اْلأَ عْظَمِ فِيْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِشَعْبَا نَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَ قُ فِيْهَا كُلُّ أَ مْرٍحَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ إِصْرِفْ عَنِّيْ مِنَ الْبَلاَءِ مَاأَعْلَمُ وَمَالاَ أَعْلَمُ وَمَا أَ نْتَ بِهِ أَعْلَمُ وأَ نْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ , بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرّ َحِمِيْنَ , وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Ya Allah, anugerahkanlah kasih sayang serta keselamatan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Ya Allah wahai yang memiliki anugerah dan tiada yang memberi anugerah kepada-Mu. Wahai dzat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan. Wahai dzat yang mempunyai kekuasaan dan yang memberikan nikmat, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau, tempat bernaung bagi orang-orang yang mengungsi, tempat berlindung bagi orang-orang yang memohon perlindungan dan tempat yang aman bagi orang yang ketakutan.

Ya Allah jika Engkau telah menetapkan diriku dalam ummul kitab (lauh mahfudz) yang berada di sisi-Mu sebgaai orang yang celaka, terhalang, terusir atau disempitkan rizkinya, sudilah kiranya Engkau menghapuskan. Ya Allah berkat karunia-Mu, apa yang ada di dalam ummul kitab yaitu perihal diriku sebagai orang yang celaka, terhalang, terusirb dan sempit rejeki. Dan sudilah kirabnya Engkau menetapkan dalam ummul kitab yang berada di sisimu agar aku menjadi orang yang berbahagia, mendapat rejeki yang banyak lagi memperoleh kesuksesan dalam segala kebaikan. Karena sesungguhnya Engkau telah berfirman di dalam kitab-Mu dan firman-Mu adalah benar belakayang diturunkan melalui lisan nabi yang Engkau utus, “Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkannya, dan disisi-Nya ada ummul kitab.

Ya tuhanku, berkat penampilan yang maha besar (dari rahmat-Mu) pada malam pertengahan bulan Sya’ban yang mulia ini diperincikanlah segala urusan yang ditetapkan dengan penuh kebijaksanaan. Sudilah kiranya Engkau menghindarkan diriku ini dari segala bencana yang kuketahui yang tidak aku ketahui serta yang lebih Engkau ketahui (dari diriku) dan Engkau yang maha mengetahui segala yang gaib berkat rahmat-Mu wahai yang maha penyayang diantara para penyayang.

Dan semoga Allah melimpahkan kasih sayang dan keagungan serta keselamatan kepada junjungan kita Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

4.       Kemudian berdiri untuk melaksanakan Sholat Awwabin lagi. Lalu membaca Surat Yasin kedua dengan niat memohon diberi rizki yang halal, berkah dan manfaat sebagai bekal ibadah kepada Allah. Setelahnya lalu membaca doa Nishfu Sya’ban untuk kedua kalinya secara bersama-sama.

5.       Kemudian berdiri untuk melaksanakan Sholat Awwabin lagi. Lalu membaca Surat Yasin ketiga dengan niat memohon ditetapkan iman sehingga termasuk orang yang beruntung di dunia dan akherat. Lalu membaca doa Nishfu Sya’ban sekali lagi secara berjamaah.


Catatan : Adapun  mengenai kemuliaan bulan Sya'ban bisa dilihat di bagian lain blog ini.
Readmore → Tata Cara Pembacaan Yasin Setelah Sholat Maghrib di Malam Nishfu Sya’ban

Keutamaan Bulan Syaban dan Nishfu Sya'ban

Sya’ban adalah salah satu nama bulan dalam kalender hijriah mempunyai arti berkelompok (biasanya bangsa Arab berkelompok mencari nafkah pada bulan itu). Sya’ban termasuk bulan yang dimuliakan oleh Rasulullah saw selain bulan yang empat, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Salah satu pemuliaan bukti nyata Rasulullah saw terhadap bulan Syaban ini adalah beliau banyak berpuasa pada bulan ini melebihi di bulan-bulan yang lainnya.

Mengenai bulan Sya’ban, ada hadits dari Usamah bin Zaid. Ia pernah menanyakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia tidak pernah melihat beliau melakukan puasa yang lebih semangat daripada puasa Sya’ban. Kemudian Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Bulan Sya’ban –bulan antara Rajab dan Ramadhan- adalah bulan di saat manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan. ( HR. An Nasa’i 2357, Ahmad 21753, Ibnu Abi Syaibah 9765 dan Syuaib Al-Arnauth menilai sanadnya hasan’)

 ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata :

فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ

Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

Dari Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan :

كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ

“Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan. Aku tidaklah mampu mengqodho’nya kecuali di bulan Sya’ban.” Yahya (salah satu perowi hadits) mengatakan bahwa hal ini dilakukan ‘Aisyah karena beliau sibuk mengurus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no. 1950 dan Muslim no. 1146)

Keutamaan Malam Nishfu Syaban

Keutamaan malam Nishfu Sya‘ban sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih dari Mu‘az bin Jabal Radhiallahu ‘anhu, bersabda Rasulullah Saw :

يَطَّلِعُ اللَّهُ إِلَى جَمِيعِ خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

 “Allah mendatangi makhluk ciptaannya di malam Nishfu Sya‘ban (tafsirnya adalah bahwa Allah menurunkan rahmat yang sifatnya khusus berbeda dengan yang biasanya), maka diampuni segala dosa makhlukNya kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah, at-Thabrani dan Ibnu Hibban)

Aisyah RA bercerita bahwa pada suatu malam dia kehilangan Rasulullah SAW, ia keluar mencari dan akhirnya menemukan beliau di pekuburan Baqi’, sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” (HR Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah)

Begitu juga dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA., beliau berkata:

"Suatu malam Rasulullah Saw shalat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah Saw telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah Saw selesai shalat beliau berkata: "Hai ‘Aisyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu Rasulullah Saw bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini?”. "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam Nishfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (HR. Baihaqi).

Ibn Ishak meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa pernah Rasulullah memanggil isterinya, Aisyah dan memberitahukan tentang Nisfu Sya’ban. “Wahai Humaira, apa yang engkau perbuat malam ini? Malam ini adalah malam di mana Allah yang Maha Agung memberikan pembebasan dari api neraka bagi semua hambanya, kecuali enam kelompok manusia”.

Kelompok yang dimaksud Rasulullah yaitu :

Pertama, kelompok manusia yang tidak berhenti minum hamr atau para peminum minuman keras. Sebagaimana berulang kali dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan hamr adalah jenis minuman yang memabukkan, baik jenis minuman yang dibuat secara tradisional mapun jenis minuman yang dibuat secara modern. Istilah populernya adalah minuman keras atau miras. Yang disebut pertama antara lain tuak. Sementara yang disebut kedua antara lain bir dan whyski. Termasuk kategori sebagai orang yang tidak berhenti minum hamr ialah orang-orang menyiapkan minuman tersebut atau para pembuat dan pengedarnya. Mereka ini tidak mendapat pembebasan dari api neraka, tetapi malah diancam dengan siksaan api neraka.

Kedua, orang-orang yang mencerca orang tuanya. Termasuk kategori mencerca orang tua ialah berbuat jahat terhadap orang tua yang dalam hal ini ibu bapak. Menurut ajaran agama yang menyatakan uf (aduh, halah) saja kepada ibu atau bapak itu sudah termasuk dosa. Membentak orang tua termasuk perbuatan yang sangat dilarang. Allah SWT di samping menegaskan kepada manusia untuk tidak beribadah selainNya, maka kepada kedua orangtua berbuat baiklah. Waqadha Rabbuka an La ta’buduu Illah Iyyahu wa bilwalidaini ihsanan (al-Isra: 17:23). Perbutan kategori baik terhadap orang tua antara lain bertutur kata kepada keduanya dengan perkataan yang mulia, merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang, dan kepada keduanya didoakan; “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.”

Ketiga, orang-orang yang membangun tempat zina. Tempat berzina dimaksud adalah tempat pelacuran yang kini nama populernya tempat PSK (pekerja seks komersial). Golongan atau kelompok orang yang seperti ini, pada malam Nisfu Sya’ban tidak mendapat pembebasan dari api neraka, tetapi sebaliknya mereka dijanji dengan siksaan dan azab.

Keempat, orang-orang atau para pedagang yang semena-mena menaikkan harga barang dagangannya sehingga pembeli merasa dizalimi. Misalnya, penjual bahan bakar minyak, termasuk minyak tanah. Harga dagangan jenis ini sudah ada harga standar, tetapi kalau penjualnya menaikkan harganya secara zalim, maka penjual yang demikian itulah yang tidak mendapat pembebasan dari neraka.

Kelima, petugas cukai yang tidak jujur. Termasuk kategori petugas cukai adalah para kolektor pajak atau orang-orang yang menagih pajak dan retribusi. Misalnya petugas cukai yang bertugas di pasar-pasar yang menerima uang atau cukai dari penjual dengan bukti penerimaan dengan karcis. Salah satu bentu ketidakjujuran kalau uang diterima tetapi tidak diserahkan bukti penerimaan (karcis).

Keenam, kelompok orang-orang tukang fitnah. Orang-orang kelompok ini suka menyebarkan isu dan pencitraan buruk yang sesungguhnya hanyalah sebuah fitnah. Keenam golongan inilah yang disebut tidak mendapat fasilitas itqun minannar.

Malam Nishfu Sya‘ban juga termasuk malam-malam yang dikabulkan doa. Imam asy-Syafi‘i dalam kitabnya al-Umm, berkata: “Telah sampai pada kami bahwa dikatakan: sesungguhnya doa dikabulkan pada lima malam, yaitu malam Jum’at, malam hari raya Idul Adha, malam hari raya ‘Idul fitri, malam pertama di bulan Rajab dan malam Nishfu Sya‘ban.”

Malam Nishfu Sya‘ban (malam kelima belas pada bulan Syaban) merupakan malam yang penuh rahmat dan ampunan dari Allah Swt. Untuk itu, kita dianjurkan bahkan disunnahkan untuk menghidupkan malam ini. Adapun cara menghidupkan Malam Nishfu Sya‘ban sebagaimana yang dilakukan sekarang ini tidak berlaku pada zaman Rasulullah Saw dan zaman para sahabat. Akan tetapi hal ini berlaku pada zaman tabi‘in (zaman setelah para sahabat) dari penduduk Syam. Imam al-Qasthalani dalam kitabnya al-Mawahib al-Ladunniyah, berkata, “Bahwa para tabi‘in daripada penduduk Syam seperti Khalid bin Ma‘dan dan Makhul, mereka beribadah dengan bersungguh-sungguh pada Malam Nishfu Sya‘ban. Maka dengan perbuatan mereka itu, mengikutlah orang banyak untuk membesarkan malam tersebut.”

Para tabi‘in menghidupkan Malam Nishfu Sya‘ban dengan dua cara, yaitu :
  1. Sebagian mereka hadir beramai-ramai ke masjid dan berjaga di waktu malam (qiyamullail) untuk shalat sunat dengan memakai harum-haruman, bercelak mata dan berpakaian yang terbaik.
  2. Sebagiannya lagi melakukannya dengan cara bersendirian. Mereka menghidupkan malam tersebut dengan beribadah seperti shalat sunat dan berdoa dengan cara sendirian.


Adapun cara kita sekarang ini menghidupkan Malam Nishfu Sya‘ban dengan membaca Al-Qur'an seperti membaca surah Yasin, berzikir dan berdoa dengan berhimpun di masjid-masjid atau di rumah-rumah sendirian atau berjamaah adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para tabi‘in itu.

Dalam hadits Ali Ra., Rasulullah Saw bersabda: "Malam Nishfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan shalat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah berfirman: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (HR. Ibnu Majah).

Jika seseorang itu masih juga ingin melakukan shalat pada malam Nishfu sya’ban, maka sebaiknya dia mengerjakan shalat-shalat sunat lain seperti sunat Awwabin (di antara waktu maghrib dan Isya'), shalat Tahajjud diakhiri dengan shalat Witir atau shalat sunat Muthlaq bukan khusus shalat sunat Nishfu Sya‘ban. Shalat sunat Muthlaq ini boleh dikerjakan kapan saja, baik pada Malam Nishfu Sya‘ban atau pada malam-malam lainnya.

Tapi ulama lain seperti Imam al-Ghazali  dalam kitabnya al-Ihyaa’ (Juz 1 hal. 210) menyatakan bahwa shalat malam Nishfu sya’ban adalah sunat dan hal itu dilakukan pula oleh para ulama salaf. Bahkan para ulama salaf menamakan shalat tersebut sebagai shalat khair (shalat yang baik). Begitu juga ulama-ulama lain seperti al-Allamah al-Kurdi. Selain dalam kitab al-Ihyaa’ juga dalam kitab-kitab lain seperti Khaziinah al-Asraar (hal. 36), al-’Iaanah (Juz 1 hal. 210), al-Hawaasyi al-Madaniyyah (Juz 1 hal. 223), dan al-Tarsyiih al-Mustafiidiin (hal. 101). 

Nah, terlepas dari ‘kontroversi’ tentang amalan-amalan pada malam Nishfu syaban khususnya tentang shalat Nishfu sya’ban yang dianggap bid’ah oleh sebagian ulama dan dianggap sunat oleh ulama lain, maka kita sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nishfu Sya'ban dengan cara memperbanyak ibadah, salat, dzikir membaca al-Qur'an, berdo'a dan amal-amal shalih lainnya  seperti puasa pada siang harinya sebagaiman dicontohkan Rasulullah Saw sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang lupa akan kemuliaan bulan sya’ban ini. Wallah a’lam bishawab !


Adapun tentang tata cara pelaksanaan pembacaan surat Yasin di malam nishfu Sya'ban bisa dicari di bagian lain blog ini. 

Dari berbagai sumber.
Readmore → Keutamaan Bulan Syaban dan Nishfu Sya'ban
Back to top