Nuh as

Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.

Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya

Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.

Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala yaitu patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan. 

Berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka. Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka Wadd dan Suwa kadangkala Yaguts dan bila sudah bosan digantinya dengan nama Yatuq dan Nasr.

Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemunkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.

Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia yaitu surga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemunkaran dan kemaksiatan.

Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.

Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tanaganya berdakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecakapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang maupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang. Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tingi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi nuh.

Berkata mereka kepada Nabi Nuh, "Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda daripada kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, niscaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau yang hanya dapat diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat. Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. 

Coba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sodorkan kepada kami itu betul-betul benar, niscaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. Kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudah kami menerima ajakanmu dan dakwahmu. Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soaL-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup. Kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui daripadamu tentang hal itu semuanya. Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahwa engkau adalah pendusta belaka."

Nuh menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya, "Adakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki? 

Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanat dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mau kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan ganjaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki. Dialah pula yang berkuasa menurunkan siksa dan azab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa , Maha Mengetahui,  Maha Pengasih dan Maha Penyayang.".

Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata, “Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dapat bergaul dengan mereka, duduk berdampingan dengan mereka, mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa."

Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata, “Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai maupun yang bodoh, yang kaya maupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara peguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang banyak dan bagaimana aku sampai hati menjauhkanku dari orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku?

Dan bagaimanakah aku dapat mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahwa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dapat diterima oleh akal dan fikiran yang sehat. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sehat.”

Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka, "Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. Datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."

Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya

Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mengangkat derajat manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong dan congkak yang melekat pada para pembesar kaumnya dan mendidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia. 

Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyadarkan an menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan, cercaan dan makian kaumnya, karena ia mengharapkan akan datang masanya di mana kaumnya akan sadar diri dan datang mengakui kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesadaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurang dan bahwa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis. 

Hal ini terungkap dalam firman Allah tentang hal itu :

"Sesungguhnya tidak ada seorangpun dari kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan."

Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru, “Ya Allah! Janganlah Engkau biarkan seorang pun dari orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir seperti mereka."

Doa Nabi Nuh dikabulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.

Nabi Nuh Membuat Kapal

Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk maksud tersebut. Kemudian dengan mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembuatan kapal yang diperintahkan itu.

Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembuatan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemoohan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olok dengan mengatakan, “Wahai Nuh! Sejak kapan engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat kapal? Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal? Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu ke laut?"

Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab, “Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini. Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu."

Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah, “Siap-siaplah engkau dengan kapalmu. Bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda dari-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku."

Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekejap mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah maupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.

Dengan iringan "Bismillah majraha wa mursaha" berlayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.

Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama Kan'aan timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.

Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya, “Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut karena engkau menjalani hukuman Allah." 

Kan'aan, putera Nabi Nuh yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang, “Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bah ini."

Nuh menjawab, “Percayalah bahwa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan ampunan-Nya."
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.

Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah, “Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji yang benar dan Engkaulah Maha Adil dan Maha Berkuasa."

Kepadanya Allah berfirman, “Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir dari kaummu. Coretlah namanya dari daftar keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."

Nabi Nuh sadar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sadar bahwa ia tersesat pada saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru, “Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, niscaya aku menjadi orang yang rugi."

Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit Judie dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh, “Wahai Nuh, turunlah ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat serta dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu."

Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran

Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surah, di antaranya surah Nuh dari ayat 1 hingga 28, juga dalam surah Hud ayat 27 hingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas mereka.

Pelajaran Dari Kisah Nabi Nuh AS

Bahwasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau persamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih baik daripada hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah swt dikeluarkan dari  keluarga ayahnya karena ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.

Maka inilah persaudaraan yang dimaksud dalam Al Qur’an, “Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara." Demikian pula hadis Rasulullah , “Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia mencintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." Juga peribahasa yang berbunyi, “Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu.”

Readmore → Nuh as

Idris as

Tidak banyak keterangan yang didapat tentang kisah Nabi Idris di dalam Al-Quran maupun dalam kitab-kitab Tafsir dan kitab-kitab sejarah nabi-nabi. Di dalam Al-Quran hanya terdapat dua ayat tentang Nabi Idris yaitu dalam surah Maryam ayat 56 dan 57:

"Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka kisah Idris yang terdapat di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." { Maryam : 56 - 57 }

Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam putera dari Yarid bin Mihla'iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S. dan adalah keturunan pertama yang dikurniai kenabian menjadi Nabi setelah Adam dan Syith.

Nabi Idris menurut beberapa riwayat bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk agama Allah mengajarkan tauhid dan beribadat menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamatkan diri dari siksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai usia 82 tahun.

Diantara beberapa nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah :


  1. Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kemenangan.
  2. Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
  3. Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa maka ikhlaskanlah niatmu demikian pula puasa dan solatmu.
  4. Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntup sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.
  5. Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.
  6. Janganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya, karena mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
  7. Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
  8. Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak dapat bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehnya itu.

Dalam hubungan dengan firman Allah bahwa Nabi Idris diangkat kemartabat tinggi. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahwa Nabi Idris wafat dan dibawa ke langit keempat dibawa oleh seorang Malaikat. Dalam beberapa riwayat beliau menemui nabi Muhammad SAW ketika isro’ mi’roj dengan menyambutnya di langit ke empat tersebut.

Wallahu a'alam bissawab

Readmore → Idris as

Cu Nyuk, Apaan sih?


Belakangan ini di medsos beredar sebuah foto yang cukup menyolok mata yaitu tentang sebuah gerai siomay cu nyuk yang mana pembelinya adalah sebagian dari kaum muslimah, berjilbab. Sekilas ketika saya membacanya terbaca kunyuk atau dalam bahasa yang lebih keren disebut monyet (keren apanya?). Namun ketika saya baca lebih teliti, ternyata cu nyuk bukan ku nyuk.

Akhirnya setelah nanya sana sini, ternyata memang arti dari cu nyuk itu adalah daging babi. Cu artinya babi dan nyuk artinya daging. kata-kata tersebut berasal dari bahasa Khek/Hakka. Sedangkan olahannya ada yang namanya cu nyuk moi (moi artinya bubur), sau cu nyuk (sau artinya panggang) dan lain-lain.

Menanggapi foto diatas sih kita harusnya tetap berbaik sangka, boleh jadi si pembeli tidak tahu artinya apa sehingga dia mengajak keluarganya untuk makan bersama disitu. Tapi aneh juga sih, sebab setahu saya kalau memang mengandung babi atau sesuatu yang tidak halal bagi kita orang Islam, pembelinya selalu bilang bahwa yang dijual non halal. Tapi saya tetap berbaik sangka saja.

Sekedar info, banyak juga makanan yang aslinya memang dibawa dari China dan sudah berakulturasi menjadi makanan Indonesia yang nota bene jadi halal dan toyib. Contohnya bakso (Bak artinya daging, So artinya cincang), bakwan (Bak nya daging, Wan artinya bulat), bakpia (Bak artinya daging sedang Pia artinya kacang ijo) dsb. Mungkin dahulunya disana memang mamakai daging babi, namun ketika masuk Indonesia tentunya dagingnya diganti dengan sesuatu yang halal seperti daging sapi, ayam atau ikan.

Namun bagi kita umat Islam tentunya ada satu batasan mengenai makanan ini sebagaimana disebut dalam Al Qur'an surat al Baqoroh ayat 168 :

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah setan karena setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Yang mungkin juga perlu mendapat perhatian, adalah ada hadits :

Rasulullah saw. menjawab, “Wahai Sa’ad, perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya. Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, tidak akan diterima amal-amalnya selama empat puluh hari dan bagi seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba, maka neraka lebih layak baginya” (H.R ath-Thabrani).

Maka marilah kita sesama muslim saling mengingatkan untuk selalu memakan dan meminum sesuatu yang sudah jelas halalnya. Jika kita menghadapi suatu menu yang kita tidak jelas apa artinya, maka sudah wajib bagi kita untuk bertanya sehingga jelas halal haramnya.

Semoga bermanfaat.
Readmore → Cu Nyuk, Apaan sih?

Hakekat Allah

Suatu hari yang cerah datanglah seorang santri yang ingin bertanya sesuatu hal kepada kiyainya. Ada beberapa hal yang dirasanya sagat mengganggu benaknya selama ini. Sebenarnya dia sudah beberapa kali datang kepada beberapa teman santrinya dan kepada beberapa ustadz. Namun baginya jawaban mereka belumlah memuaskan dahaga batinnya.

Maka datanglah dia sowan kepada kiyai yang sangat dihormatinya untuk menanyakan hal tersebut dengan harapan rasa penasaran yang selama ini menggelayuti hatinya bisa terobati.

“Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wa barokaatuh,” ucapnya sembari menghampiri pak kyai yang sedang duduk di karpet yang terhampar di ruang tamu beliau yang cukup luas.

“Wa ‘alaikumussalaamu warahmatullaahi wa barokaatuh,” jawab pak kyai ramah sambil mengulurkan kedua tangannya menyalami kedatangan santri tersebut.

Maka santri tersebut menyalami tangan beliau yang mulia sambil menciumnya sebagaimana dicontohkan oleh para sahabat ketika mencium tangan Nabi Muhammad SAW.

Setelah berbasa basi sebentar, maka santri tersebut mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu hendak bertanya beberapa hal krusial yang selama ini mengganggu ketenangan batinnya.

“Maaf pak kyai, kalau diperkenankan saya hendak bertanya tentang beberapa hal yang selama ini mengganggu di hati saya. Sebenarnya saya sudah bertanya kepada beberapa orang, namun jawabannya masih belum memuaskan saya. Kiranya pak kyai berkenan untuk memberi pencerahan kepada saya.” Ungkap santri tersebut.

Sambil tersenyum pak kyai menjawab, “Silakan mas, semoga Allah memberi kemampuan pada saya untuk bisa menjawab hal yang meresahkan panjenengan tersebut.”

“Begini pak kyai, ada tiga hal yang saya rasa sangat mengganggu batin saya. Pertama, kita tahu dan yakin Allah itu ada, namun dengan keterbatasan akal yang ada pada saya, saya ingin benar-benar yakin bahwa Allah itu ada. Menurut saya yang namanya ada tentu harus bisa kita buktikan dengan panca indera kita.”

“Kemudian yang kedua soal apa mas?” tanya pak kyai sambil senyum.

“Yang kedua adalah bahwa menurut Al Qur’an, setan itu nantinya akan dibakar di api neraka karena pembangkangannya terhadap Allah. Sedangkan di kitab suci tersebut dijelaskan bahwa setan itu terbuat dari api. Pertanyaannya, apakah mungkin bahwa setan itu akan merasa sakit kalau dibakar api? Api kan ada dalam unsur dirinya. Logikanya, kalau api dilawankan air, maka api akan bereaksi dalam hal ini padam, namun kalau api di temukan api, tentunya tak akan terjadi apa-apa. Bagaimana pendapat pak kyai?”

“Oke, pertanyaan pertama dan kedua saya simpan dulu jawabannya. Masalah yang ketiga tentang apa mas?” tanya pak kyai ramah sambil mempersilaka tamunya mencicipi hidangan yang tersedia di depannya.

“Yang ke tiga pak kyai, adalah tentang takdir yang berlaku pada kita. Saya berpandangan bahwa apa yang terjadi pada kita semuanya sudah bisa kita prediksi dan perhitungkan. Jadi sama sekali tidak ada yang namanya diluar kendali, diluar dugaan dan sebagainya. Sebagai contoh kalau kita besarnya pintar, tentunya sedari kecil sudah belajar dengan baik. Kalau sekarang kita menjadi orang kaya, tentunya tadinya rajin bekerja dan menabung. Intinya segala sesuatu sebenarnya dalam kendali kita, tidak ada hubungannya dengan orang atau hal lain. Bagaimana menurut pak kyai?” jawab si santri sambil mengambil kue kecil yang disediakan oleh santri pak kyai.

Pak kyai senyum sambil beringsut mendekat santri tersebut, “Jadi itukah tiga hal yang mengganggu hatimu mas?”

“Benar pak kyai. Mohon pencerahannya.” Jawab santri tersebut.

Tanpa diduga dan dinyana tiba-tiba pak kyai menampar santri pipi  tersebut sekerasnya dengan tangan kanannya.

Tentu saja santri tersebut kaget setengah mati karena tidak menduga hal tersebut akan terjadi padanya. Sebab setahunya pak kyai adalah orang yang sangat lembut dan sopan santun. Maka seraya mundur dia berkata ketakutan, “Maafkan saya pak kyai. Maaf kalau pertanyaan saya menyinggung perasaan pak kyai sehingga pak kyai benar-benar marah dan menampar saya.”

Pak kyai hanya tertawa saja seraya berkata, “Saya sama sekali tidak marah mas. Justru tamparan saya itu adalah jawaban saya terhadap semua pertanyaan tadi.”

“Bagaimana mungkin pak kyai? Masak pertanyaan saya dijawab dengan satu tamparan seperti itu?” jawab santri tersebut keheranan.

“Pertanyaan pertama, bukankah ananda menanyakan keberadaan Allah? Apa yang ananda rasakan ketika saya tampar tadi?”

“Tentu saja yang saya rasakan adalah rasa sakit pak kyai.”

“Tunjukkan saya bagaimana rupa sakit yang sampaikan bilang itu.”

“Bagaimana cara saya menunjukkannya pak kyai? Saya hanya bisa merasakan dan tahu bahwa saya merasakan sakit, tapi kalau rasa sakit itu ya tentu saja tidak bisa saya tunjukkan ‘benda’nya.”

“Begitu pula Allah mas. Cukup kita tahu bahwa Allah itu ada, terbukti dari adanya dunia seisinya ini serta firmannya yang ada dalam Al Qur’an. Tapi kalau saya disuruh menunjukkan wujud nya Allah tentu saya tidak bisa. Tapi saya bisa menunjukkan bukti bahwa Allah benar-benar ada. Seperti ketika sampean saya tampar tadi, sampean bisa menunjukkan bahwa rasa skit itu ada, dibuktikan pipi sampean memerah. Naun bentuk benda yang namanya ’sakit’ itu tentu sebatas definitif. Maka indera perasa sampean mengatakan sakit dan itu sampean yakini, sampean rasakan namun tetap tidak bisa ditunjukkan bendanya secara riel.”

“Benar pak kyai. Terus kalau pertanyaan saya yang kedua tentang setan yang disiksa dengan api?”

“Saya manusia, sampean juga manusia. Saya tercipta dari tanah, sampean juga dari tanah. Kita sama-sama dari tanah. Namun ketika saya sampar sampean yang nota bene kita sama-sama dari tanah, sampean bisa merasakan sakitnya kan? Begitu juga ketika setan disiksa di neraka. Setan dari api dibakar oleh api, apakah bisa merasakan sakit? Kalau Allah menghendaki tentu bisa. Bahkan menurut sejarah, Nabi Ibrohim tidak merasakan panas ketika dibakar Raja Namrudz karena Allah menyuruh api untuk dingin ketika mendekati Nabi Ibrohim.”

“Benar pak kyai. Sekarang mengenai takdir bagaimana pak kyai?”

“Sekarang jawab pertanyaan saya, apakah tadi malam sampean sudah merancang untuk menemui saya menanyakan ketiga hal tadi?”

“Ya pak kyai, makanya saya pagi-pagi sudah menyegerakan sowan panjenengan, takut nanti kalau banyak tamu saya tidak bisa mengobrol dengan leluasa.”

“Apakah sampean punya perkiraan bahwa saya akan menjawab pertanyaan sampean?”

“Ya pak kyai. Sebab saya tahu pak kyai adalah orang yang sangat luas ilmunya. Maka saya sangat berharap pak kyai menjawab pertanyaan saya, meski ada juga kemungkinan pak kyai tidak mau menjawab pertanyaan saya”

“Apakah sampean pernah berfikir bahwa saya akan menampar pipi sampean ketika sampean mengajukan pertanyaan tadi?”

“Tentu saya sama sekali tidak mengira. Sebab setahu saya pak kyai orangnya selalu lembut kepada siapapun.”

“Itulah mas. Ada hal-hal yang seolah-olah kita sudah tahu kemungkinannya sehingga kita bisa bersiap terhadap segala kemungkinan. Namun ada juga sesuatu yan tetap menjadi rahasia Allah dan itulah yang menjadi tanda bahwa kita yang berusaha, namun takdirnya tetap di jalan Allah. Namun seperti kejadian saya tampar tadi, itu sama sekali bukan karena kebencian, namun karena saya hendak menjawab pertanyaan sampean. Allah juga begitu. Ketika kita menghadapi sesuatu yang kita merasa tidak suka, baik berupa susah, fakir, gagal dan sebagainya, yakinlah bahwa Allah hendak memberikan kebaikan pada sampean. Allah maha baik mas.”

“Alhamdu lillah pak kyai, saya sudah paham sekarang. Terima kasih banyak pak kyai atas penjelasannya. Saya mau pamit sekarang.”

“Ya mas, semoga Allah senantiasa memberkahi kita semua. Amien yra.”

“Nggih pak kyai. Assalaamu’alaikum war wab."seraya mencium tangan pak kyai dengan penuh rasa ta'dhim.

“Wa alaikumussalam war wab.”

*Dialog imajinatif. Dan saya tertawa sendiri ketika menulis ini, sebab benar-benar saya pernah saya menampar seorang teman yang bertanya tentang hakekat Allah.

Readmore → Hakekat Allah

Adam as

Setelah Allah swt menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh - tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan, menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah swt untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya, mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.

Kekhawatiran Para Malaikat

Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah swt akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu, mereka khawatir kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu, disebabkan kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari. 

Berkata mereka kepada Allah swt, "Wahai Allah kami! Buat apa Engkau menciptakan makhluk lain selain kami, padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya, sedang makhluk yang Allah akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu, niscaya akan bertengkar satu dengan lain, akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya, sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Allah ciptakan itu."

Allah berfirman, menghilangkan kekhawatiran para malaikat itu, "Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku. Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya, bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah, karena Allah swt melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."

Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah swt dari segumpal tanah liat ,kering dan lumpur hitam yang berbentuk .Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Allah ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna

Iblis Membangkang

Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain, yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya. Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur api, sedang Adam dari tanah dan lumpur. Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.

Allah bertanya kepada Iblis, "Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"

Iblis menjawab, "Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia. Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."

Karena kesombongan, kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari surga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga hari kiamat. Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.

Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Allah itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat. Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan. Tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam, sebagai sebab terusirnya dia dari surga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat, mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang, menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.

Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu, "Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka. Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah."

Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda

Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta,kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat seraya, "Cobalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu jika kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam."

Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka. Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka dengan berkata, "Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Allah ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka, "Bukankah Aku telah katakan padamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan."

Adam Menghuni Surga

Adam diberi tempat oleh Allah di surga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya, menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut cerita para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga,ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya ia ditanya oleh malaikat, "Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"

Berkatalah Adam, "Seorang perempuan sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya."

“Siapa namanya?" tanya malaikat lagi.

"Hawa"jawab Adam.

"Untuk apa Allah menciptakan makhluk ini?" tanya malaikat lagi.

Adam menjawab, "Untuk mendampingiku, memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."

Allah berpesan kepada Adam, "Tinggallah engkau bersama isterimu di surga, rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya, rasailah dan makanlah buah-buahan yang lezat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nafsumu. Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar, dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya. Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim. Ketahuilah bahwa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu. Dia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari surga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini."

Iblis Mulai Beraksi

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh Allah dari surga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgasana kebesarannya, Iblis mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di surga yang tenteram, damai dan bahagia.

Ia menyatakan kepada mereka bahwa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasehat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka. Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahwa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada mereka. Ia membisikan kepada mereka bahwa larangan Allah kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal. Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya dan lezat rasanya. Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Allah.

Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman, "Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahwa setan itu adalah musuhmu yang nyata."

Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sadarlah ia bahwa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahwa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar. Seraya menyesal berkatalah mereka, "Wahai Allah kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis. Ampunilah dosa kami karena niscaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami."

Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi

Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Allah tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun berancun itu.

Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan teguran Allah itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu. Harapan untuk tinggal terus di surga yang telah pudar karena perbuatan pelanggaran perintah Allah. Hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di surga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahwa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya.

Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah swt yang telah menentukan dalam takdir-nya bahwa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya, akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu. Berfirmanlah Allah kepada mereka, "Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain dan kamu akan  tinggal tetap dan hidup disana sampai waktu yang telah ditentukan."

Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di surga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali. Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya. Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh, aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara sesama manusia, jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.

Menurut kisah, Adam diturunkan di Sri Lanka di puncak bukit Sri Pada dan Hawa diturunkan di Arabia. Mereka akhirnya bertemu kembali di Jabal Rahmah di dekat Mekkah setelah 40 hari berpisah. Setelah bersatu kembali, konon Adam dan Hawa menetap di Sri Lanka, karena menurut kisah daerah Sri Lanka nyaris mirip dengan keadaan surga. Di tempat ini ditemukan jejak kaki Adam yang berukuran raksasa.

Di bumi pasangan Adam dan Hawa bekerja keras mengembangkan keturunan. Keturunan pertama mereka ialah pasangan kembar Qabil dan Iqlima, kemudian pasangan kedua Habil dan Labuda. Setelah keempat anaknya dewasa, Adam mendapat petunjuk agar menikahkan keempat anaknya secara bersilangan, Qabil dengan Labuda, Habil dengan Iqlima.

Namun Qabil menolak karena Iqlima jauh lebih cantik dari Labuda. Adam kemudian menyerahkan persolan ini kepada Allah dan Allah memerintahkan kedua putra Adam untuk berkurban. Siapa yang kurbannya diterima, ialah yang berhak memilih jodohnya. Untuk kurban itu, Habil mengambil seekor kambing yang paling disayangi di antara hewan peliharaannya, sedang Qabil mengambil sekarung gandum yang paling jelek dari yang dimilikinya. Allah menerima kurban dari Habil, dengan demikian Habil lebih berhak menentukan pilihannya. Qabil sangat kecewa melihat kenyataan itu. Ia terpakasa menerima keputusan itu walau diam-diam hatinya tetap tidak mau menerima. Maka berlangsunglah pernikahan itu, Qabil dengan Labunda dan Habil dengan Iqlima.

Qabil berusaha memendam rasa kecewa dan sakit hatinya selama beberapa tahun, tetapi akhirnya ia tidak bisa menahan diri. Pada suatu hari Qabil mendatangi Habil yang berada di peternakannya. Iblis telah merasuki jiwanya. Pada saat Habil lengah, Qabil memukulnya dengan batu besar, tepat di kepala Habil. Habil pun mati. Sedang Qabil merasa kebingungan, ia tak tahu harus diapakan mayat saudaranya itu. Ia berjalan kesana kemari sambil membawa jenasah Habil. Ia merasa menyesal.

Allah memberi petunjuk kepada Qabil melalui sepasang burung gagak. Sepasang burung gagak yang hendak berbebut untuk mematuk mayat Habil. Kedua burung itu bertarung sampai salah satunya mati. Burung gagak yang masih hidup lalu menggali lubang dengan paruhnya, kemudian memasukkan gagak yang mati ke dalam lubang itu dan menguburnya. Sesudah mengubur mayat Habil, Qabil masih merasa sangat kebingungan. Ia tidak berani pulang, rasa berdosa telah membuatnya ketakutan sendiri. Akhirnya Qabil melarikan diri menuju hutan.

Kisah Adam dalam Al-Quran

Al Qur’an menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah Al Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al A'raaf ayat 11 sehingga 25.

Pengajaran Yang Terdapat Dari Kisah Adam

Bahwasannya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oeh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahwa Allah akan menciptakan manusia - keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehingga mereka seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah patuh rajin beribadat, bertasbih, bertahmid dan selalu mengagungkan nama-Nya.

Bahwasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan berfikir dan kekuatan fisik dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai, lupa dan khilaf. Hal mana telah terjadi pada diri Nabi Adam yang walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikaruniakan kedudukan yang istimewa di surga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia yang lemah itu. Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya tentang pohon terlarang dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.

Bahwasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah asalkan ia sadar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali. Rahmat allah dan maghfirah-Nya dpt mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya kecuali syirik bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran bertaubat dan pengakuan kesalahan.


Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan kebinasaan. Lihatlah Iblis yang turun dari singgasananya, diturunkan kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari surga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat karena kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah swt.
Readmore → Adam as

Orang Marah yang Disayang Allah

Suatu hari seorang kaya raya memanggil budaknya. Ia membutuhkan sesuatu. Perutnya berbunyi. Alarm di mana tubuh si orang kaya ini membutuhkan pasokan logistik. Mulutnya bau. Ia lapar. Karna lapar juga menyerang orang kaya. Kekayaannya terikat (muqayyad). Tiada kekayaan absolut (mutlaq). Artinya, orang kaya maupun orang miskin, pejabat maupun jelata, sama-sama faqir.

Memahami perintah sang tuan, si budak membawakan makanan dalam sebuah nampan lebar. Tanpa pikir panjang, ia jalani kewajiban sebagaimana biasanya. Tetapi hari itu yang tanpa mendung apalagi hujan, mengubah nasibnya.

Di tengah membawa nampan lebar itu, kakinya menabrak bibir permadani tebal. Ia tersandung. Ia jatuh bersama nampan di tangannya. Sajian berupa aneka makanan lezat di atas nampan, berhamburan. Dentuman nampan logam mulia, berdebam datar di atas permadani mewah dan tebal.

Sementara wajah sang tuan merah. Geram. Ia jengkel bukan kepalang. Mengetahui tuannya mendongkol, sang pelayan berdiri tegap setelah membenahi hamburan isi nampan. Lalu terjadilah dialog sebagai berikut.

“Tuanku paduka yang mulia, dengan segenap hormat hamba harap paduka berpegang pada firman Allah SWT,” kata sang budak sedikit gugup memulai permohonan maaf.

Tuannya berkata dengan suara tinggi, “Apa yang pernah Allah firmankan?”

“Dia pernah berfirman...” lalu ia membaca pecahan ayat 134 Surat Ali Imron yang menerangkan sifat orang yang bertakwa. “والكاظمين الغيظ ” artinya (orang bertakwa ialah ... dan mereka yang menahan amarah).

“Baik, aku tahan marahku,” jawab sang tuan dengan warna wajah kembali normal. Suara masih tinggi.

“Tuanku, Allah juga berfirman, (dan mereka yang memaafkan kesalahan orang lain) والعافين عن الناس”.

“Oke, kumaafkan kesalahanmu,” tanggap sang tuan dengan suara dingin.

“Terima kasih paduka, (Allah mencinta mereka yang berbuat baik) والله يحب المحسنين”, tutup sang budak masih gugup.

Semua firman yang dibacanya merupakan kepingan-kepingan ayat 134 pada surat Ali Imron. Setelah itu, dengan wajah semringah sang tuan memerdekakan budaknya. Ia pun membekali budaknya dengan uang sebanyak 1000 dinar.

Dengan menahan marah dan memaafkan kesalahan budaknya dalam bekerja, sang majikan berhak meraih hangatnya cinta dari Allah SWT. Demikian uraian Syekh Ahmad bin Syekh Hijazi dalam Al-Majalisus Saniyah perihal wasiat Rasulullah SAW berkali-kali kepada seorang sahabat, “La taghdhob!” (jangan marah). Wallahu A’lam
Readmore → Orang Marah yang Disayang Allah

Sholat Jangan Terlalu lama dan Jangan Terlalu Sebentar

Suatu hari, sahabat Muadz bin Jabal r.a. shalat Isya berjamaah bersama kaumnya. Di tempat tersebut ia menjadi imam. Sewaktu masih berlangsung jamaah shalat tersebut, salah seorang makmum mufaraqah (keluar dari jamaah), untuk kemudian dia melakukan shalat munfarid (sendirian).

Rupanya, ia merasa keberatan tatkala sang imam membaca Surah al-Baqarah dalam shalatnya. Usai shalat, Muadz ditodong sejumlah pertanyaan dari sebagian jamaah, sebagaimana termaktub dalam kitab Shahih Bukhari.

“Apakah kamu berlaku munafik wahai fulan?” tanya salah satu jamaah kepada Muadz.

“Tidak,” jawab Muadz.

Kurang puas dengan jawaban tersebut, mereka mendatangi Rasulullah saw untuk mengadukan persoalan ini.

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami para pekerja penyiram bekerja pada siang hari, dan sesungguhnya Mu’adz shalat Isya’ bersamamu, kemudian dia datang mengimami kami dengan membaca surah Al-Baqarah,” protes mereka.

Nabi pun mengklarifikasi persoalan ini kepada Muadz. Setelah mengetahui duduk permasalahan. Nabi kemudian memberikan nasihat kepada sahabatnya itu. “Mengapa kamu tidak membaca saja surat ‘Sabbihisma rabbika’ (al-A’la), atau dengan ‘Wasysyamsi wa dluhaahaa’ (asy-Syams) atau ‘Wallaili idzaa yaghsyaa’ (al-Lail)?” tutur Nabi.

“Karena yang ikut shalat di belakangmu mungkin ada orang yang lanjut usia, orang yang lemah, atau orang yang punya keperluan.”

Begitulah, imam atau pemimpin adalah seorang yang menjadi panutan dan diikuti oleh orang banyak. Maka, dia mesti bisa ngemong (memperhatikan dan melayani kebutuhan) umat. Kebijakan tidak hanya diukur dari kemampuan dirinya, tetapi juga memperhatikan maslahat dan mudarat yang akan menimpa umatnya.

(dari nu.or.id)
Readmore → Sholat Jangan Terlalu lama dan Jangan Terlalu Sebentar

Orang Yang Tidak Akan Ditanyai Munkar dan Nakir di Alam Kubur

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa setiap orang yang meninggal pastinya akan bertemu dan akan ditanyai oleh penanya di alam kubur yaitu malaikat Munkar dan Nakir. Begitu dahsyatnya peristiwa tersebut sehingga dalam ajaran kita sampai disunnahkan melakukan talqin mayit dan beberapa acara ketika kita melepas sang mayit memasuki alam kuburnya.

Diantaranya adalah dengan mengadzani dan mengiqomahinya yang merupakan perlambang bahwa si mayit ini semasa hidupnya adalah bagian dari orang yang selalu memperhatikan waktu sholat sekaligus melaksanakannya.

Belum lagi si mayit tangannya juga disedekapkan sebagai tanda bahwa di dunianya dia melakukan sholat wajib lima waktu sebagai salah satu kewajibannya sebagai seorang muslim. Lalu mayitnya dihadapkan ke arah kiblat, menghadap ke Makkah sebagai lambang bahwa setidaknya di lima waktu dia selalu menghadapkan badannya dari manapun berada untuk menyembah Allah sang penciptanya. 

Ketika langkah orang terakhir yang berada di kuburan sudah meninggalkan kuburan, maka akan datanglah Malaikat Munkar Nakir menanyainya tentang Tuhannya, kitabnya, nabinya, nikmat yang diperolehnya, dan sebagainya. Bila di tahap ini si mayit gagal menjawab dengan benar, maka di akan mendapat siksa kubur hingga kiamat kelak.

Namun ada beberapa golongan yang mendapat keistimewaan tidak mendapat pertanyaan maha dahsyat dari Munkar Nakir tersebut, diantaranya disebutkan Syekh Sa’id bin Muhammad Ba’asyin dalam karyanya Busyrol Karim.

والسؤال لكل مكلف إلا من استثني كالأنبياء والشهداء والصديق والمرابط والمبطون وملازم قراءة تبارك أو حم السجدة كل ليلة والميت بالطاعون أو يوم الجمعة وكذا كل شهيد كما قاله القرطبي. ومن لايسأل في قبره لايعذب فيه. وكل مؤمن يوفق للجواب ولو عاصيا ولو بعد تلجلج.

Artinya, pertanyaan malaikat di kubur, berlaku bagi setiap mukallaf kecuali orang yang dibebaskan. Mereka yang dibebaskan misalnya para nabi, syuhada, siddiq, penjaga di perbatasan daerah musuh, wafat karena sakit perut, orang yang melazimkan bacaan surat “Tabarok” atau “Haa Miiim As-Sajdah” setiap malam, mereka yang mati diserang penyakit sampar, atau mereka yang wafat hari Jum’at. Demikian berlaku bagi orang mati syahid. Demikian disebutkan Al-Qurthubi.


Mati syahid itu sendiri ada 3 golongan yaitu syahid dunia, syahid akherat dan syahid dunia akherat.  Syahid dunia adalah orang yang secara lahir dia ikut berperang, namun niatannya bukan kerana membela agama Allah, harga diri maupun negaranya namun karena harta rampasan perang atau hal lain yang tidak termasuk alasan syariat.

Sedangkan syahid dunia akherat adalah orang yang secara lahir diketahui membela agama Allah, kehormatan diri dan negaranya dan akhirnya menemui ajalnya, maka dia adalah syahid yang sebenarnya. Karena memang niatnya sudah lurus dan akhirnya dia meninggal karena membela niatnya tersebut.

Ada lagi yang termasuk golongan syahid akherat, yaitu golongan orang yang secara lahir tidak terlihat berjihad ataupun berperang, namun mendapat kemuliaan syahid dari Allah karena penyebab kematiannya yaitu orang yang meninggal karena melahirkan, tenggelam, tertimpa bangunan, kebakaran, diasingkan, kezaliman orang lain, sakit perut, wabah, sedang menuntut ilmu dan menanggung rindu kepada seseorang namun ditahannya agar tidak berbuat maksiat. Yang demikian ini diterangkan dalam I'anatut Tholibin juz 2 halaman 108.

Semoga bermanfaat.
Readmore → Orang Yang Tidak Akan Ditanyai Munkar dan Nakir di Alam Kubur

Hakekat Membaca Sholawat Nabi Muhammad SAW

Sesungguhnya sholawat adalah salah satu ibadah yang teramat sangat mulia. Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw melalui firmannya :

اِنَّ اللهَ وَمَلَٓئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّۚ يَآاَيُّهَاالَّذِيْنَ اٰمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمَا  (الاحزاب : ٥٦


Artinya : “ Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi Muhammad dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al Ahzab : 56)


Hal ini menempatkan sholawat merupakan satu-satunya ibadah yang Allah perintahkan sekaligus Allah sendiri juga menjalaninya. Ketika Allah perintahkan sholat, tentunya Allah tidak sholat. Karena Allahlah yang disembah ketika sholat, kalau Allah sholat, siapa yang disembah Allah?



Ketika kita diperintah berhaji, Allah tentunya tidak berhaji. Demikian pula ibadah yang lain semisal puasa. Namun khusus sholawat, Allah juga melakukannya.



Meski demikian tentunya tidak sama makna sholawat jika yang menyampaikan Allah, para malaikat dan kita para manusia. Sebagaimana disebutkan oleh Sufyan Ats Tsauri bahwa sholawat Allah kepada Nabi Muhammad SAW adalah berarti Allah menurunkan rahmatnya kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sholawat para malaikat kepada Nabi Muhammad adalah bermakna memintakan ampunan kepada Allah SWT. Sedangkan makna sholawat bagi kita adalah permohonan atau doa kita agar Allah senantiasa melimpahkan rohmat ta'dhim yaitu kasih sayang dan pengagungan untuk kanjeng Nabi Muhammad SAW.



Hakekat pembacaan sholawat sebenarnya adalah seumpama nabi itu adalah telaga yang penuh dengan air, sedangkan bacaac sholawat yang baca adalah laksana batu yang dilempar ke telaga tersebut. Maka karena penuh, airnya tentu akan meluap dan meluber. Luapan dan luberan itulah yang bermakna bahwa jika kita mendoakan kanjeng nabi berupa sholawat, hakekatnya adalah kita mendoakan diri kita sendiri.



Adapun diantara fadhilah membaca shalawat diantaranya ialah :



 1. Barangsiapa membaca shalawat satu kali, Allah akan menurunkan rahmat untuknya sepuluh kali, menghapus sepuluh dosa dan mengangkatnya sepuluh derajat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw :
(مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا   (رواه مسلم

Artinya : “Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali shalawat, maka Allah memberi  rahmat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim)


(مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحَطَّ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيْئَاتٍ وَرَفَعَ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ (رواه احمد والنسآئ والحاكم



Artinya : “Barangsiapa bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan memberi rahmat kepadanya 10 rahmat, menghapus 10 dosa dan mengangkatnya 10 derajat.” (HR. Ahmad, Nasai dan Al Hakim)


 2. Barang siapa bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. dalam satu hari 100 kali, maka Allah memenuhi 100 hajatnya, yakni 70 hajat akhirat dan 30 hajat dunia. Nabi saw. bersabda :


(مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِى يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ قَضَى اللهُ لَهُ مِائَةَ حَاجَةٍ : سَبْعِيْنَ مِنْهَا ِلاٰخِرَتِهِ وَثَلاَثِيْنَ مِنْهَا لِدُنْيَاهُ (رواه ابن النجار


Artinya : Barang siapa membaca sholawat kepadaku dalam satu hari 100 kali, maka Allah memenuhi hajatnya 100 hajat : yang 70 untuk hajat akhiratnya dan yang 30 untuk hajat dunianya (HR. Ibnu Najar)

3. Barang siapa bershalawat ketika pagi 10 kali dan ketika sore 10 kali akan mendapat syafaat (pertolongan) Rasulullah saw pada hari kiamat. Rasulullah saw.bersabda :

(مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِيْنَ يُصْبِحُ عَشْرًا وَحِيْنَ يُمْثِيْ عَشْرًا اَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ (رواه الطبرانى


Artinya : “Barang siapa bershalawat kepadaku (Nabi Muhammad) ketika pagi 10 kali dan ketika sore 10 kali, syafa’atku akan menjumpainya pada hari kiamat (HR. Thabrani).

4. Orang yang terbanyak membaca shalawat kepada Nabi saw. akan menjadi orang yang lebih utama  disisi Rasulullah saw. Beliau bersabda :


(اَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ اَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلاَةً (رواه الترمذى



Artinya : “Orang yang paling utama disisiku pada hari kiamat ialah orang yang paling banyak membaca shalawat untukku (HR Tirmidzi)



5. Dari Abdullah bin Amr bin Ash ia mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda,  “Apabila kamu mendengarkan muadzin maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan, kemudian bershalawatlah kepadaku karena barang siapa yang bershalawat atasku sekali saja, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian mintakanlah untukku al-Wasilah, sesungguhnya ia adalah kedudukan di Surga yang tidak layak kecuali hanya untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Dan aku berharap agar hamba tersebut adalah aku, barang siapa yang meminta kepada Allah al-Wasilah untukku, maka berhak atasnya syafaat.” (HR. Muslim) 



6. Dari Abu Darda’ berkata, “Telah bersabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam, “Perbanyaklah shalawat atasku pada Hari Jum’at karena ia disaksikan, dan para malaikat pun menyaksikan. Dan sungguh tidaklah seseorang bershalawat atasku, kecuali akan diperlihatkan kepadaku shalawatnya hingga ia selesai darinya.” Dia mengatakan,”Aku berkata, ”Dan juga setelah meninggal dunia? Nabi menjawab, ”Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi.”(HR Ibnu Majah dan al-Mundziri menyatakan jayyid) 



7. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, ”Hari yang paling utama adalah hari Jum’at, pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, pada hari itu ditiup sangkakala dan terjadi suara keras yang mematikan. Maka perbanyak-lah shalawat atasku pada hari itu, sesungguhnya shalawat kalian diperlihatkan kepadaku” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, dishahihkan oleh al-Albani) 



8. Abu Umamah berkata, ”Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam telah bersabda, “Perbanyaklah shalawat kepadaku pada Hari Jum’at, karena shalawat dari umatku diperlihatkan pada tiap-tiap Hari Jum’at. Barang siapa yang lebih banyak shalawatnya kepadaku maka ia lebih dekat kedudukannya dariku.”(HR. al-Baihaqi dihasankan oleh al-Albani). 



9. Abu Hurairahzia berkata, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, “Sungguh merugi seseorang yang disebutkan diriku disisinya namun tidak bershalawat atasku.” (HR. At-Tirmidzi, berkata al-Albani bahwa hadits ini hasan shahih) 



.10. Ibnu Abbas berkata,”Telah bersabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam , “Barang siapa melupakan (meninggalkan) shalawat terhadapku maka akan tersalah dari jalan surga.” (HR. Ibnu Majah dishahihkan oleh al-Albani dengan hadits lain) 



11. Dari Husain Radhiallaahu anhu, dari Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda, “Orang bakhil adalah orang yang diriku disebut di sisinya namun tidak bersha-lawat kepadaku.” (HR. An-Nasai di shahihkan oleh al-Albani) 



12. Dari Ubay bin Ka’ab ia berkata, ”Wahai Rasulullah, sungguh aku akan memperbanyak shalawat atasmu, maka seberapa banyak kujadikan do’aku untuk bershalawat kepadamu?" Beliau menjawab, “Sekehendakmu” Dia bekata, “Aku mengatakan, “Apakah seperempatnya?” Beliau menjawab, “Terserah kamu, dan jika engkau menambah, maka itu lebih baik bagimu.” Aku berkata, ”Apakah separuhnya?” Rasul menjawab, ”Terserah kamu, dan jika kamu menambah, maka itu lebih baik bagimu.” Aku lalu berkata, “Apakah dua per tiganya?” Nabi menjawab, “Terserah kamu dan jika kamu menambahnya, maka itu lebih baik bagimu.” Aku berkata, ”Apakah aku bershalawat kepadamu sepanjang hariku.” Beliau bersabada, “Kini telah cukup keinginan dan kesungguhanmu dan Allah mengampuni dosa-dosamu.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, ia mengatakan hadits hasan shahih, dan al-Albani menyetujuinya) . 



13. ‘Amir bin Rubai  berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam berkhutbah dan bersabda, “Barang siapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka malaikat senantiasa bershalawat kepadanya selagi ia masih bershalawat kepadaku. Maka seorang hamba boleh menyedikitkan atau memperbanyaknya.” 
 

Semoga bermanfaat.
Readmore → Hakekat Membaca Sholawat Nabi Muhammad SAW

Ucapan Salam

Bacaan salam yang umum dan sudah menjadi ciri khas seorang muslim apabila berjumpa dengan saudaranya sesama muslim adalah :

اََلسَّلَاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُُ الَّلهِ وَ بَرَكَاتُهُ

Yang mempunyai arti, semoga segala keselamatan, kasih sayang dan keberkahan dari Allah senantiasa tercurah atas kamu sekalian.

Yang menjadi menarik dari bacaan salam tersebut adalah karena bacaan tersebut memang berbahasa Arab namun tidak berasal dari adat atau kebiasaan yang ada pada orang-orang Arab, namun bacaan tersebut diajarkan secara langsung oleh junjungan kita kanjeng nabi Muhammad SAW. Beberapa sekte Kristen di Timur Tengah juga ada yang memakai salam tersebut namun dengan bacaan yang berasal dari bahasa ibrani yaitu shalom aleichem yang berarti kedamaian dan kesejahteraan atas kamu.

Hal yang menarik adalah dari sisi ucapan salam itu sendiri. Disitu digunakan kata ganti kum yang berarti kamu/orang ke dua secara jamak. Padahal kalau dari sisi bahasa, kalau yang kita salami adalah 1 orang laki-laki maka kata gantinya adalah ka, sedangkan kalau perempuan tunggal adalah ki. Atau kalau 2 orang menggunakan kuma. Namun tetap ketentuannya adalah kum. Hal ini tak lain adalah karena hakekat doa yang kita ucapkan adalah untuk seluruh orang Islam baik yang masih hidup maupun sudah meninggal.

Dengan ajaran salam ini, Allah seolah mengajarkan kepada kita bahwa kebutuhan utama kita di dunia dan akherat kita ada 3 hal yaitu salam/keselamatan, rohmat/kasih sayang Allah dan barokah. Salam maksudnya tujuan hakiki kita adalah mencapai keselamatan hidup di dunia dan akherat. Sedangkan dengan rohmatnya maka segala kebtuhan hidup kita akan dipermudah oleh Allah pencapaiannya. Terakhir dengan barokah tersebut diharapkan apa yang kita dapat benar-benar bisa kita nikmati dan kita maksimalkan peanfaatannya untuk kebaikan dunia akherat kita

Inilah indahnya Islam, ketika kita sedang tidak ngapa-ngapain pun akan ada muslim saudara kita yang selalu mendoakan kita melalui bacaan salamnya, baik ketika sedang berjumpa saudaranya yang lain maupun ketika sholat. Namun harus pula diingat bahwa jika kita senantiasa melaksanakan hal tersebut, maka balasan yang kita terima pun akan semakin banyak pula. Subhanallah.

Kalau menurut adatnya, orang Arab  mengucap selamat pagi صَبَاحُ الْخَيْرSelamat siang      مساء الخير dan sebagainya. Namun setelah islam datang, bacaan salam yang dipakai adalah salam Islam seperti yang tertulis diatas. Hal tersebut bertujuan untuk mempererat ukhuwah islamiyah bagi setiap muslim di dunia ini.

Hukum mengucap salam adalah sunnah muakkad, sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan. Sedangkan menjawab ucapan salam tersebut hukumnya adalah wajib. Namun ada beberapa hal yang berkaitan dengan pengucapan salam ini yang perlu diperhatikan.

 Rasulullah SAW  memberikan arahan memberi salam bahwa:
  1. Orang yang berkendaraan harus memberi salam kepada pejalan-kaki.
  2. Orang yang berjalan kaki memberi salam kepada yang duduk.
  3.  Kelompok yang lebih sedikit memberi salam kepada kelompok yang lebih banyak jumlahnya.
  4. Yang meninggalkan tempat memberi salam kepada yang tinggal.
  5.  Ketika pergi meninggalkan atau pulang ke rumah, ucapkanlah salam meski tak seorangpun ada di rumah (malaikat yang akan menjawab).
  6.  Jika bertemu berulang-ulang maka ucapkan salam setiapkali bertemu.


Pengecualian kewajiban menjawab salam:

  1. Ketika sedang salat. Membalas ucapan salam ketika salat membatalkan salatnya.
  2. Khatib, orang yang sedang membaca Al-Qur’an, atau seseorang yang sedang mengumandangkan Adzan atau Iqamah, atau sedang mengajarkan kitab-kitab Islam. Makanya hukumnya adalah makruh kita mengucap salam kepada suatu majelis ketika mereka sedang dalam pembahasan atau sedang memperhatikan penjelasan dari pembicaranya. Diutamakan langsung duduk dan menyalami orang yang di sekitar kita sekedarnya saja.
  3. Ketika sedang buang air atau berada di kamar mandi.

 Ada beberapa sabda kanjeng Muhammad yang menjelaskan pentingnya ucapan salam antar seluruh Muslim dan ayat tentang hal tersebut, diantaranya adalah :
  1. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Kamu tidak dapat memasuki surga kecuali bila kamu beriman. Imanmu belumlah lengkap sehingga kamu berkasih-sayang satu sama lain. Maukah kuberitahukan kepadamu sesuatu yang jika kamu kerjakan, kamu akan menanamkan dan memperkuat kasih-sayang diantara kamu sekalian? Tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kepada yang kamu kenal maupun yang belum kamu kenal." (HR Muslim)
  2. Abdullah bin Amr RA mengisahkan bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah amalan terbaik dalam Islam?” Rasulullah SAW menjawab: Berilah makan orang-orang dan tebarkanlah ucapan salam satu sama lain, baik kamu saling mengenal ataupun tidak.” (Sahihain)
  3. Abu Umammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Orang yang lebih dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih dahulu memberi Salam.” (Musnad Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)
  4.  Abdullah bin Mas’ud RA meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani)
  5.  Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan Salam.”
  6. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86: Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan maka balaslah dengan penghormatan yang lebih baik, atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan.


Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :

  1. Salam bukan sekedar ungkapan kasih-sayang, tetapi memberikan juga alasan dan logika kasih-sayang yang di wujudkan dalam bentuk doa pengharapan agar anda selamat dari segala macam duka-derita.
  2. Salam mengingatkan kita bahwa kita semua bergantung kepada Allah SWT. Tak satupun makhluk yang bisa mencelakai atau memberikan manfaat kepada siapapun juga tanpa perkenan Allah SWT.
  3. Perhatikanlah bahwa ketika seseorang mengatakan kepada anda, "Aku berdoa semoga kamu sejahtera." Maka ia menyatakan dan berjanji bahwa anda aman dari tangan(perlakuan)-nya, lidah (lisan)-nya, dan ia akan menghormati hak hidup, kehormatan, dan harga-diri anda.
  4. Salam dalam sholat berarti bahwa selain kita memelihara hubungan vertikal dengan Allah (hablum minallah) kita juga harus memelihara hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Hablum minallah nya dilambangkan dengan mulai takbir hingga semua peribadatan yang dilakukan dan slam adalah lambang bahwa kita wajib merealisasikan sholat kita dengan membawanya kedalam hubugan yang baik dengan manusia yang diilambangkan dengan salam.


Sekedar catatan, bahwa menjawab salam itu seharusnya dengan ucapan sebagai berikut :

وَ عَلَيْكُمُ السَّلَامُوَ رَحْمَةُُ الَّلهِ وَ بَرَكَاتُه

Jadi gunakanlah alaikumussalam yang berarti segala keselamatan, bukan memakai alaikum salam yang berarti satu keselamatan.

Yuks mari kita sebarkan salam semoga hidup kita senantiasa dianugerahi keselamatan, kasih sayang dan berkah dari Allah. Amien yra.



Readmore → Ucapan Salam
Back to top