Dul Roub dan kawan santri lain diajak Pak Kiai untuk menghadiri undangan pengajian peringatan kematian seorang tokoh di Kota Solo.
Namun, kali ini tak biasanya, sebab lokasi pengajian di sebuah hotel. Sebuah tempat yang jarang disambangi Dul Roub dan kawan-kawan santri lainnya.
Acara pun berlangsung khidmat, dengan pembacaan surah yasin dan dzikir. Para santri ikut membaca dengan penuh semangat.
Saat yang ‘ditunggu’ pun tiba. Karena tempatnya di sebuah hotel, hidangan yang disajikan pun berbeda dengan biasanya, yakni steak.
“Monggo didhahar (silakan dimakan),” tuan rumah mempersilakan para undangan untuk menikmati hidangan yang telah disajikan.
Beberapa tamu undangan mulai makan. Namun tidak dengan Dul Roub dan kawan-kawan. Steak di piring mereka masih utuh belum tersentuh.
“Lho, kenapa tidak dimakan? Ayo tidak apa-apa itu halal kok makanannya. Apa bingung cara pakai garpu dan pisaunya?” tanya Pak Kiai.
“Mboten ngaten, Pak Kiai. Lha niki rencang-rencang nembe nenggo skulipun kok dereng medal (Bukan begitu, Pak Kiai. Ini teman-teman dari tadi masih menunggu, nasinya kok belum datang juga),” jawab salah satu santri dengan polosnya. (Ajie Najmuddin,NU Online)
No comments:
Post a Comment
Blog ini bukan untuk debat, saling menjatuhkan, saling mengejek dan berkomentar yang kurang baik. Ini adalah sebagai tambahan pengetahuan dan ajang untuk saling mengerti. Allah yubarik fik